BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Parasitologi
Adalah ilmu yang berisi kajian tentang organisme (jasad hidup), yang hidup di
temukan atau di dalam tubuh organisme lain untuk sementara waktu atau selama
hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari
organisme lain tersebut, hingga organisme lqin tersebut jadi merugi
(dirugikan). Organisme ini disebut : parasit. Organisme lain atau organisme
yang mengandung parasit di sebut hospes (tuan rumah).
Dalam
penelitian Protozoa memiliki arti protos artinya pertama dan zoon artinya
hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain
protista eukariotik.
Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan
untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang
jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan
adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi
dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan
biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor
penyakit.
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan
penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang
lainnya. Oleh karena itu pada pembahasan kami akan menjelaskan tentang vector
penyakit protozoa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
definisi vector dan protozoa?
2.
Apa
macam-macam Protozoa?
3.
Apa saja penyakit yang disebabkan oleh protozoa?
4.
Apa
macam-macam vector penyakit protozoa dan
infeksi akibat vector penyakit protozoa?
5.
Bagaimana
pengendalian vector penyakit protozoa?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi cektor dan protozoa.
2.
Untuk
mengetahui macam-macam protozoa.
3.
Untuk
mengetahui macam-macam penyakit protozoa.
4.
Untuk
mengetahui macam-macam vector penyakit protozoa dan infeksi akibat vector
penyakit protozoa.
5.
Untuk
mengetahui pengendalian vector penyakit protozoa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Vector dan Protozoa
Vektor
adalah organisme
yang tidak menyebabkan penyakit
tapi menyebarkannya dengan membawa patogen
dari satu inang ke yang lain. Vektor
adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke
hewan lain atau ke manusia. Berbagai jenis nyamuk,
sebagai contoh, berperan sebagai vektor penyakit malaria
yang mematikan. Pengertian tradisional dalam kedokteran
ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi
dan pembicaraan umum.
Protozoa
secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani,
yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan
pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukariotik.
Protozoa adalah organisme yang bersel tunggal,
dimana beberapa spesies mempunyai lebih dari satu nukleus (inti sel) pada
bagian atau seluruh daur hidupnya. Seperti halnya sel pada tubuh makhluk hidup
lainnya, sel protozoa dilapisi oleh tiga lapisan uni membran yang didalamnya
terdapat ektoplasma, endoplasma dan nukleus. Dalam endoplasma ditemukan
nukleus, mitokondria, badan golgi dan sebagainya, sedangkan ektoplasma
ditemukan flagela , cilia dan sebagainya. Protozoa pada dasarnya bergerak
menggunakan 4 tipe organela yang merupakan bagian dari ektoplasma yaitu:
Flagela, cilia, pseudopodia dan undulata
bergerigi.
B.
Macam-Macam
Protozoa
Klasifikasi protozoa, yaitu:
1. Rhizopoda
Rhizopoda (Sarcodina),alat
geraknya berupa pseudopoda (kaki semu) Bergerak dengan kaki semu
(pseudopodia)yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air
laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau
manusia.Jenis yang paling mudah diamati adalah Amoeba.Ektoamoeba adalah jenis
Amoeba yang hidup di luar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba
proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.Entamoeba adalah jenis Amoeba yang
hidup di dalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca, Entamoeba
coli.
·
Entamoeba histolityca menyebabkan disentri amuba (bedakan
dengan disentri basiler yang
disebabkan Shigella dysentriae)
·
Foraminifera sp. fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya
minyak bumi. Tanah yang mengandung fosil
fotaminifera disebut tanah globigerina.
2.
Flagellata
Flagellata (Mastigophora),alat
geraknya berupa nagel (bulu cambuk).Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang
digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap
makanan.Dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
·
Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas),
dapat berfotosintesis. Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris,
Volvox globator.Zooflagellata.
·
Flagellata heterotrofik (Tidak
berkloroplas).Contohnya : Trypanosoma gambiens, Leishmania Dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu:
Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense. Menyebabkan
penyakit tidur di Afrika dengan vektor (pembawa) lalat Tsetse (Glossina sp.) Trypanosoma
gambiense vektornya Glossina palpalis tsetse sungai Trypanosoma rhodeslense
vektornya Glossina morsitans tsetse semak - Trypanosoma cruzl penyakit chagas - Trypanosoma evansi penyakit surra, pada hewan
ternak(sapi). - Leishmaniadonovani Þ penyakit kalanzar - Trichomonas vaginalis penyakit keputihan
3.
Ciliata
Ciliata (Ciliophora),alat
gerak berupa silia (rambut getar). Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia
(bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan
mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Memiliki 2 inti sel
(nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup
sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi
aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi
untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak
ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Contoh : Paramaecium
caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli .
·
Paramaecium caudatum disebut binatang sandal, yang memiliki dua jenis vakuola
yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur
kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator).
Memiliki dua jenis inti Makronukleus dan Mikronukleus (inti reproduktif). Cara reproduksi, aseksual
membelah diri, seksual konyugasi.
4.
Sporozoa
Sporozoa,adalah
protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara
mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga
Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.Marga yang
berhubungan dengan kesehatan manusia Toxopinsma dan Plasmodium.. Tidak
memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara
perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan
untuk menembus sel dan jaringan inang.Hidupnya parasit pada manusia dan
hewan.Contoh : Plasmodium
falciparum, Plasmodium
malariae, Plasmodium vivax. Gregarina.
Jenis-jenisnya antara lain:
C.
Penyakit Yang Disebabkan Oleh Protozoa
Penyakit yang disebabkan oleh protozoa yaitu :
1.
Malaria
Mereka adalah
yang paling mematikan dari penyakit protozoa, malaria merupakan salah satu dari
lima penyakit menular “pembunuh”. Agen penyebabnya adalah dari genus plasmodium dari filum protozoa. Ini
termasuk P.vivax, P. falciparum, P.ovale dan P.malariae. Hampir, 800.000 orang
meninggal karena malaria setiap tahun. Hal ini ditularkan oleh nyamuk anopheles
betina. Setelah mereka masuk ke tubuh manusia, mereka menjalani pematangan pada
sel-sel hati dan darah. Gejalanya meliputi demam dengan menggigil dan kekakuan
diikuti oleh keringat berlebihan. P.falciparum, jika tidak terdeteksi pada
tahap awal, dapat menyebabkan malaria otak dan kematian.
Terapinya
adalah dengan 4-aminoquinolines, yang meliputi klorokuin dan lakton
sesquiterpine baru seperti artesunate dan artemeter.
2.
Amoebiasis
Amoebiasis
adalah sekelompok penyakit disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica. Ini
termasuk disentri amuba umum dan abses amuba pada hati, paru-paru, limpa dan
kulit.
Disentri amuba ditandai
dengan mencret dengan darah dan lendir di dalamnya. Nyeri perut spasmodik umum.
Hal ini didiagnosis dengan pemeriksaan tinja di bawah mikroskop. Jika tidak
diobati, dapat menyebabkan borok pada usus besar dan abses di tempat lain dalam
tubuh.
Disentri amuba
biasanya diobati dengan nitroimidazoles seperti metronidazole dan tinidazol.
3.
Penyakit Tidur
Penyakit ini,
yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma brucei, ditularkan oleh lalat tsetse.
Gejala diawali seperti demam, sakit kepala dan nyeri sendi. Jika tidak diobati
sejak dini, dapat melibatkan beberapa organ, termasuk jantung dan ginjal.
Akhirnya, organisme menembus sawar darah otak, menyebabkan gejala khas
kebingungan, waktu siang hari somnambulism dan waktu malam insomnia.
Penyakit tidur
diobati dengan obat yang mengandung arsenik, seperti suramin.
4.
Taksoplasmosis
Penyakit
protozoa ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Infeksi disebabkan oleh makan
daging yang terkontaminasi, konsumsi tanpa disengaja kotoran kucing atau
mungkin dengan makan sayuran yang belum dicuci. Pada orang sehat, tanpa gejala
atau dapat menyebabkan penyakit seperti flu. Namun, pada orang dengan HIV bisa
fatal. Hal ini dapat menyebabkan ensefalitis atau necrotizing
retinochoroiditis.
Pengobatan
biasanya dengan klindamisin dan spiramisin.
D.
Macam-macam
Vektor Penyakit Protozoa dan Infeksi Akibat Vektor Penyakit Protozoa
1.
Lalat Tsetse
Lalat Tsetse
sebagai vector trypanosoma yang akan
menyebabkan penyakit tidur. Tsetse adalah lalat berukuran cukup besar dan
berasal dari Afrika yang hidup dengan cara mengisap darah dari binatang
bertulang belakang (vertebrata). Tsetse meliputi seluruh lalat dari genus
Glossina dari famili Glossinidae. Tsetse telah lama diteliti oleh ilmuwan
karena mereka merupakan parantara biologis dari trypanosomi Afrika yang
mengakibatkan penyakit yang mematikan termasuk sleeping sickness pada manusia
dan nagana pada ternak.
Metode
penyebaran dari penyakit tidur tidak bisa dikatakan mirip dengan metode
penyebaran penyakit-penyakit yang memakai serangga sebagai perantara (vector)
semisal malaria. Ketika lalat tsetse menghisap darah dari orang yan terangkit
penyakit tidur, mikroba trypasonoma akan ikut terhidap dan kemudian tinggal
didalam tubuh lalat tsetse. Ketika lalat yang sama menghisap darah dari orang
sehat, mikroba trypasonoma dalam tubuh lalat tstse tanpa senaa ikut masuk
kedalam aliran darah dari orang tersebut sehingga orang yan bersangkutan pun
akhirnya atuh sakit.
2.
Lalat
Lalat sebagai
agen pembawa vector penyakit entamoeba
hystolitica yang akan mennyebabkan sakit perut.
Bermacam-macam
mikroorganisme penyebab penyakit menempel di kaki lalat dan rambut-rambut halus
di sekujur tubuhnya. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat biasanya
berhubungan dengan saluran pencernaan. karena perpindahan kuman dan
mikroorganisme dari lalat ke dalam tubuh manusia terjadi secara mekanis. Lalat
dari tempat kotor dan busuk kemudian hinggap di makanan sehingga makanan
terkontaminasi. Mikroorganisme akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan
makanan itu. Lima jenis bakteri yang terdapat pada permukaan luar tubuh lalat
yang terdiri dari empat jenis bakteri Enterobacteriaceae yaitu Enterobacter
aerogenes, Escherichia coli, Proteus sp. dan Serratia marcescens serta satu
jenis bakteri basil dari genus Bacillus sp.
Lalat juga
menularkan penyakit antara lain virus, bakteri, protozoa dan telur cacing yang
menempel pada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya. Lalat Musca
domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Tricuris trichiura,
Cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides), protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamlia, dan Balantidium coli), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan
Eschericia coli), Virus polio, Treponema pertenue (penyebab frambusia), dan
Mycobacterium tuberculosis. Lalat domestica dapat bertindak sebagai vector
penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit kulit. Lalat Sarcophaga dapat
menularkan penyakit myasis kulit, hidung, sinus, jaringan vagina dan usus.
a. Lalat Rumah (Musca domestica)
Lalat rumah
berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat
garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih
lebar dibandingkan lalat jantan (lihat Gambar 1). Antenanya terdiri atas 3
ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada
bagian atas dan bawah
Bagian mulut
atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan
menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis
terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran
halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap.
Sayapnya
mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap
mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat
rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki
lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut
pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat
menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di
sampah dan tempat kotor lainnya.
Lalat rumah
berkembang biak dalam kotoran dari semua jenis dan seringkali sangat banyak.
Pada daerah tropis, lalat rumah membutuhkan waktu 8- 10 hari pada suhu 300 C
dalam satu siklus hidupnya, dari telur, larva, pupa dan dewasa (Sigit dan Hadi,
2006). Lalat ini dapat menularkan berbagai macam penyakit menular baik secara
langsung maupun melalui perantara lainya. Adapun penyakit yang dapat ditularkan
oleh lalat diantaranya penyakit: Kolera, cacar, tyfus, poliomyelitis, dan
disentri.
b. Lalat Hijau (Chrysomya megacephala)
Lalat hijau
berukuran dari sedang sampai besar, dengan warna
hijau, abuabu, perak mengkilat. Biasanya lalat ini berkembang biak di bahan
yang cair atau semi cair yang berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging
busuk, bangkai, sampah penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah yang
mengandung kotoran hewan (lihat Gambar 2). Lalat ini jarang berkembang biak di
tempat kering atau bahan buah-buahan. Beberapa jenis juga berkembang biak di
tinja dan sampah hewan. Lainnya bertelur pada luka hewan dan manusia.
Lalat jantan
berukuran panjang 8-14 mm, mempunyai mata merah besar. Ketika populasinya
tinggi, lalat ini akan memasuki dapur, meskipun tidak sesering lalat rumah.
Lalat ini banyak terlihat di pasar ikan dan daging yang berdekatan dengan
kakuss. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris
lumbricoides dan Trichuris
trichiura yang menempel pada bagian luar tubuhnya.
c. Lalat Daging (Sarcophaga spp)
Lalat ini
berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 5,5-6 mm
panjangnya. (lihat Gambar 3). Lalat ini mempunyai 3 garis gelap pada bagian
punggung dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur.
Lalat ini
mengeluarkan larva hidup pada tempat perkembangannya seperti daging, bangkai,
kotoran dan sayur-sayuran yang sedang membusuk. Tahap larva berlangsung
beberapa hari, kemudian keluar dari tempat makannya ke daerah yang lebih
kering.
Siklus hidup
lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lalat ini umum ditemukan di pasar dan warung
terbuka, pada daging, sampah dan kotoran, tetapi jarang memasuki rumah. Lalat
ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris
trichiura.
3.
Kecoa
Kecoa sebagai
vector amoeba yang sering menghisap di got dan makanan dan akan menyebabkan
sakit perut dan keracunan.
Kecoa
merupakan spesies serangga yang dikenal sebagai hama perkotaan. Kecoa umumnya
ditemukan di perumahan, mini market, gudang, mall dan tempat- tempat lain yang
menyediakan sumber makanan bagi kelangsungan hidupnya.
Jenis kecoa
yang paling umum ditemukan di Indonesia adalah kecoa jerman (Blatella
germanica) dan kecoa Amerika (Periplanetta Americana). Kedua
jenis ini memiliki perbedaan ciri morfologinya, kecoa jerman merupakan spesies
kecoa kecil (1,6 cm), sedangkan kecoa amerika merupakan spesies kecoa yang
lebih besar (± 2,5 cm), akan tetapi perannya sebagai hama dan vektor penyakit tetap
sama. Perlu diketahui bahwa kecoa juga berperan sebagai vektor sejumlah kuman
penyakit yang menyebabkan diare, tifus, kolera dan lain- lain. Beberapa bakteri
yang telah berhasil diisolasi dari kecoa termasuk E.coli (diare),
Pseudomonas aeruginosa (infeksi
saluran urin), Salmonella oranienburg (gastroenteritis), Shigella
alkalescens (disentri),
Shigella paradysenteriae (diare) dan lain- lain. Hal
ini menyebabkan kecoa menjadi salah satu serangga hama yang sangat berbahaya
bagi manusia.
4.
Nyamuk Anopheles
Nyamuk
anopheles sebagai vector plasmodium yang akan menyebabkan penyakit malaria,
Sering orang mengenalnya sebagai salah satu jenis nyamuk yang menyebabkan
penyakit malaria. Ciri nyamuk ini adalah hinggap dengan posisi menukik atau
membentuk sudut Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya
berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari.
Aktivitas
menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan pada
pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00
dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada
pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini
hari.
Ada sekitar 80
jenis Anopheles di Indonesia, sekitar 16 jenis diantaranya sebagai vector
penyakit Malaria.Penyebab Malaria adalah Plasmodium (ada 4 jenis Plasmodium di
Indonesia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium
malariae,Plasmodium ovale).
Nyamuk
Anopheles spp. Di Indonesia diketahui ada 16 jenis yang dapat menularkan
penyakit malaria. Setiap jenis mempunyai penyebaran yang berbeda, misalnya
Anopheles aconitus, banyak ditemukan/hidup di daerah persawahan. Anopheles
sundaicus banyak ditemukan hidup di perairan payau di tepi laut atau lagoon.
Anopheles maculatus banyak ditemukan di mata air/sungai kecil di pegunungan.
Di hutan
hutan banyak ditemukan Anopheles leucosphyrus group dan Anopheles barbirostris,
di Papua dan Indonesia Timur banyak ditemukan Anopheles farauti,
E.
Pengendalian
Vektor Penyakit
Metode Pengendalian
Pengendalian vektor dan binatang
pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau
binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang
ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu
tersebut.
Menurut WHO (Juli
Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi
beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1.
Penyakit tadi belum ada obatnya
ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
2.
Bila ada obat ataupun vaksinnya
sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit
parasite
3.
Berbagai penyakit di dapat pada
banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.
4.
Sering menimbulkan cacat, seperti
filariasis dan malaria.
Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak
cepat seperti insekta yang bersayap Ada beberapa cara pengendalian vektor dan
binatang pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan
penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun untuk
memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan
karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot
maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an
yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan
tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya
kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin
untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi
penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar
biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan
(karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam,
kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs
terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut
melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin
ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan
selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang
digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan
secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah
jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes
secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk
jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam
air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan
asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan
pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan
pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis
racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat
toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang
tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant
adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam
perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau
tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan
ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran
ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).
2.
Pengendalian Fisika-Mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan
menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
·
Pemasangan perangkap tikus atau
perangkap serangga
·
Pemasangan jarring
·
Pemanfaatan sinar/cahaya untuk
menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
·
Pemanfaatan kondisi panas dan dingin
untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
·
Pemanfaatan kondisi musim/iklim
untuk memberantas jentik nyamuk.
·
Pemanfaatan suara untuk menarik atau
menolak vektor dan binatang pengganggu.
·
Pembunuhan vektor dan binatang
pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
·
Pengasapan menggunakan belerang
untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.
·
Pembalikan tanah sebelum ditanami.
·
Pemanfaatan arus listrik dengan
umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap
serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).
3.
Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara,
yakni :
a.
Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa
pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti
lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan
efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit
ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b.
Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah
dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di
antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas.
Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu
dikaji.
4.
Pemantauan
Pengendalian vektor penyakit ini
merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang berpikir tentang
pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit
dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya
pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah
penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang
ada serta keadaan endemic penyakit yang ada.
Oleh karenanya pemantauan keadaan
populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.
Pengendalian secara terpadu
direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan
yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan dan pedoman
tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya
kejadian luar biasa/wabah.
Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :
·
Indeks lalat untuk kepadatan lalat
·
Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal
·
Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan
sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container, indeks rumah, dan/atau indeks
Breteau
Tindakan
khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan akan
terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :
·
Intensifikasi pemberantasan sarang
seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran dan reservoir air,
menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain.
·
Mobilisasi masyarakat untuk berperan
serta dalam pemberantasan dengan memelihara kebersihan lingkungan masing-masing
·
Melakukan penyemprotan insektisida
terhadap vektor dewasa didahului dengan uji resistensi insekta terhadap insekta
yang akan digunakan.
5.
Proteksi diri terhadap vektor
penyakit
adalah upaya perlindungan diri
sendiri,keluarga atau sekelompok orang yang tinggal atau bekerja bersama vektor
penyakit. Termasuk dalam tindakan ini adalah pencegahan terjadinya kontak
antara tubuh dengan vektor penyakit dan tindakan untuk mencegah masuk, singgah
dan berkembang biaknya vektor penyakit di dalam atau di sekitar rumah. Kegiatan
ini umumnya sederhana serta tidak mahal dan sering kali dapat dilakukan oleh
masyarakat tanpa bantuan petugas kesehatan
6.
Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan mencakup pengelolaan sampah, limbah
cair, termasuk tinja dan sanitasi rumah yang ditujukan untuk mencegah kehadiran
vektor penyakit.
7.
Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi
kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang
tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor penyakit pada habitatnya
sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa
8.
Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan
fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan
untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor penyakit tanpa
menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup manusia. Termasuk kegiatan
ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor penyakit berupa
genangan air
9.
Pembinaan Masyarakat
Adalah upaya intervensi terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat agar sadar, mau dan mampu mengendalikan vektor penyakit
sehingga resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh vektor penyakit dapat ditekan
serendah-rendahnya.
Pembinaan masyarakat disini termasuk pembinaan terhadap
dunia usaha yang menyelenggarakann pengendalian vektor penyakit baik dalam
bentuk bimbingan maupun pelatihan
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Vektor adalah organisme
yang tidak menyebabkan penyakit tapi menyebarkannya dengan membawa patogen
dari satu inang ke yang lain. Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah
berasal dari bahasa Yunani,
yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan
pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukariotik.
Protozoa adalah organisme yang
bersel tunggal, dimana beberapa spesies mempunyai lebih dari satu nukleus (inti
sel) pada bagian atau seluruh daur hidupnya.
Klasifikasi protozoa
yaitu, rizopoda, flagellate, ciliate dan sporozoa. Penyakit akibat sporozoa
yaitu, malaria, amoebiasis, penyakit tidur, taxoplasmosis. Vector penyakit
protozoa yaitu, lalat tsetse, lalat, kecoa, dan nyamuk anopheles.
Salah satu
pengendalian vector penyakit yaitu Sanitasi
lingkungan mencakup pengelolaan sampah, limbah cair, termasuk tinja dan
sanitasi rumah yang ditujukan untuk mencegah kehadiran vektor penyakit.
B.
Saran
Diharakan agar dapat mengetahui dan
memahami apa saja yang termasuk vector penyakit protozoa dan bagaimana cara
pengendaliannya.
0 Response to "Makalah Vektor Penyakit Protozoa"
Post a Comment