BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemeriksaan
feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun
saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam
beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan
oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang
memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan
dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan
oleh klinisi.
Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk
memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit. Agar para tenaga teknis
laboratorium dan mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan
mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara
pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan
pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat
interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Apakah pengertian dari fases ?
2.
Apa saja macam-macam feses ?
3.
Bagaimana dekomposisi dari feses
?
4.
Bagaimanakah feses manusia
yang normal ?
5.
Bagaimanakah cara pengambilan sampel fases yang benar ?
6.
Apa saja jenis pemeriksaan
sampel fases ?
7.
Apakah tujuan dari pemeriksaan feses ?
8.
Bagaimana cara penyimpanan dan
pengiriman feses yang benar
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
feses
2.
Untuk mengetahui macam-macam
feses
3.
Untuk mengetahui dekomposisi
dari feses
4.
Untuk mengetahui feses manusia
yang normal
5.
Untuk mengetahui cara
pengambilan feses yang benar
6.
Untuk mengetahui berbagai jenis
pemeriksaan sampel feses
7.
Untuk mengetahui tujuan dari
pemeriksaan feses
8.
Untuk mengetahui cara
penyimpanan dan pengiriman feses yang benar
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Feces
Tinja merupakan semua benda atau zat
yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja
juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di
atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu
lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut
sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja
manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang,
kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat
menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang
air besar antara pengeluarannya atau
pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja
atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya
frekuensi buang air besar disebut
dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan
normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal :
100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
B. Macam – Macam Warna Feses
Feses
umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang
juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin
adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam
hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.
Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna
dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman
yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan
makanan yang dikonsumsi.
Warna
Kuning Kecoklatan
Feses
berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah warna
ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung
suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin
ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna
cokelat kekuning - kuningan.
Warna
Hitam Feses
berwarna
Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi
warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna
Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry.
Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar
manis).
Warna
Hijau
Feses
warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman
atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan
oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui
proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare,
yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam
empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi
dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi
itu baru aja dilahirkan.
Warna
Merah
Seperti
layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir
dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna
merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan
dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung
gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
Warna
Abu-abu / Pucat
Sama dalam
dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses
pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang
empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat
dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
C.
Bau Feses
Bau khas
dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen
sulfida. Asupan makanan berupa
rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga
terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
D.
Dekomposisi
Tinja
Tinja
dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil,
tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses
dekomposisi adalah :
o
Pemecahan senyawa
organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan
yang lebih sederhana dan lebih stabil;
o
Pengurangan volume dan
massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak,
dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam
keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
o
Penghancuran organisme pathogen
yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa
yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam
dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik,
yakni dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak
terdapat oksigen.
Proses
dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal
dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat
yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air
seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui
siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi
amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit
(nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul
selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum
berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat
cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali
sampai dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata -
rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja
tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan hanya karena
temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan
organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan
protozoa, yang bersifat predator dan merusak.
Hasil
akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur
tanaman (fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya
kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar
memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat
digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan
nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama
dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah,
kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara
sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
E.
Feses normal
Orang
dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa
kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak,
sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi
solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna
coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
F.
Pengambilan Sampel Faces
Indikasi
Pemeriksaan
a.
Adanya diare
dan
konstipasi
b.
Adanya
ikterus
c.
Adanya
gangguan
pencernaan
d.
Adanya
lendir dalam tinja
e.
Kecurigaan
penyakit
gastrointestinal
f.
Adanya darah
dalam tinja
Syarat
pengumpulan feces
a. Tempat harus
bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan.
Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b.
Pasien
dilarang menelan Barium, Bismuth, dan
Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c.
Diambil dari
bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d.
Paling baik
dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e.
Pasien
konstipasi
Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Alat-alat
a.
Sarung tangan
b.
Spatel steril
c.
Hand scoon bersih
d.
Vasseline
e.
Lidi kapas steril
f.
Pot tinja
g.
Bengkok
h.
Perlak pengalas
i.
Tissue
j.
Tempat bahan pemeriksaan
k.
Sampiran
Cara kerja
Prosedur
pengambilan feses pada dewasa :
a.
Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan
tindakan
b.
Menyiapkan alat yang diperlukan
c.
Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan
urine
d.
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.
Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke
dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f.
Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur
cacing dan adanya parasit pada sampel
g.
Buang alat dengan benar
h.
Cuci tangan
i.
Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke
labolatorium
j.
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
Prosedur
pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
a.
Mendekatkan alat
b.
Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan
tindakan
c.
Mencuci tangan
d.
Memasang perlak pengalas dan sampiran
e.
Melepas pakaian bawah pasien
f.
Mengatur posisi dorsal recumbent
g.
Memakan hand scoon
h.
Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus
dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i.
Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu
dimasukkan ke dalam tempatnya.
j.
Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan
dengan tissue.
k.
Melepas hand scoon
l.
Merapikan pasien
m.
Mencuci tangan
Prosedur pengambilan
feses pada bayi :
a.
Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
b.
Menyiapkan alat yang diperlukan
c.
Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya,
hindari kontak dengan urine
d.
Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.
Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke
dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f.
Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur
cacing dan adanya parasit pada sampel
g.
Buang alat dengan benar
h.
Cuci tangan
i.
Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke
labolatorium
j.
Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
G. Jenis Pemeriksaan Feses
Jika akan
memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang
tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik
biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative),
+, ++ atau +++ saja.
1. Pemeriksaan
feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan
makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
a.
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang:
konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi
yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
syarat dalam pengumpulan sampel
untuk pemeriksaan feses :
a. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
b. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan
simpan di almari es
c. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum
pemeriksaan
d. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya
bagian yang bercampur darah atai lendir
e. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai
pemeriksaan tinja sewaktu.
f. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object
glass
h. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca
atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau
konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah
harus bermulut lebar
i.
Oleh karena unsure-unsur
patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak
dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda
–(negatif),(+),(++),(+++) saja
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis
dengan sampel feses.
a.
Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per
hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah
tinja meningkat.
b.
Pemeriksaan Warna
1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi
lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna
tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena
susu,jagung, lemak dan obat santonin.
2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin
dan porphyrin dalam mekonium.
3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen
dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut
disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim
pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak
lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah
pemeriksaan radiologik.
4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan
yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian
proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan
lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada
anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang
mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
c.
Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak
dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan
semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula
yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi
asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah
yang tercerna menambah bau tinja.
d.
Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada
diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam
usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja
berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
e.
Pemeriksaan Lendir
1) Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding
usus.
2) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan
tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
3) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir
saja tanpa tinja.
4) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan
spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
5) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan
serta peradangan rektal anal.
6) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya
ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
7) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous
adenoma colon.
f.
Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau
hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan
tinja.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur
dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak
lambung atau varices dalam oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat
di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau
karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
g.
Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat
pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal
abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam
jumlah yang banyak.
h.
Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies
cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
i.
Pemeriksaan adanya sisa makana
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna,
bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang
dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan
sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan
zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan
larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti
butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV
dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah
atau jingga.
b.
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan
mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi
saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus
diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
pemeriksaan mikroskopik meliputi
pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal,
makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
a.
Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair
baru didapatkan bentuk trofozoit.
b.
Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,
Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.
c.
Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam
seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan
didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian
tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam
acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
d.
Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum
atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur.
Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
e.
Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu
yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari
bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel
epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus
bagian distal.
f.
Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal
mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal
tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja,
Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada
ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan
saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
g.
Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya
menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
h.
Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba
i.
Jamur
1) Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan
larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan
tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan
lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan
Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil
pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif
dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor
risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan
antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total
dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko
juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran
kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah
pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik
juga.
c.
Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui
adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja
a. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang
terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar
dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja
selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari.
Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah
> 2 ml/ hari.
Macam-macam metode tes darah
samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine,
benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari
eritrosit (Hb)
I.
Metode
benzidine basa
a. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira
10 ml dan panasilah hingga mendidih.
b. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai
menjadi dingin kembali.
c. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak
sepucuk pisau.
d. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
e. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan
:
Hasil
dinilai dengan cara :
üNegative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
hijauüPositif ( +)
(2+) biru bercampur hijauüPositif
(3+) biruüPositif
üPositif (4+) biru tua
II.
Metode Benzidine
Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti
benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi
hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
III.
Cara Guajac
Prosedur Kerja :
a.
Buatlah emulsi tinja sebanyak
5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.
b.
Dalam tabung reaksi lain
dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.
c.
Tuang hati-hati isi tabung
kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap
sebagai lapisan terpisah.
d.
Hasil positif kelihatan dari
warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan
dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain
adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis
tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan
Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan
positif (+) palsu
b.
Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan
berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes
menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah
dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap
dan biarkan selama 6-24 jam
4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c.
Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil
yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat
menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24
jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus
obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit,
karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian
ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja
normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan
kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang
menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka
panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus
yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat
digunakan metode pemeriksaan Fouchet
2.
Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces
melalui biakan
Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses
yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan feses rutin
Waktu : pengambilan dilakukan setiap
saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat : -lidi kapas steril
-pot tinja
Cara kerja :
a)
Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu
karena tinja tidak boleh boleh tercemar urine
b)
intruksikan pada penderita untuk buang air besar
langsung kedalam pot tinja ( kira kira 5gram )
c)
tutup pot dengan rapat
d)
Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien
dan jenis spesimen
e)
Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan feses :
Umumnya dilakukan di rumah/laboratorium (Bila di rumah, feses sebaiknya dibawa ke laboratorium, kurang dari 1 jam)
Umumnya dilakukan di rumah/laboratorium (Bila di rumah, feses sebaiknya dibawa ke laboratorium, kurang dari 1 jam)
H.
Tabel pemeriksaan
Maskroskopi
|
Penyebab
|
Catatan
|
Butir, kecil, keras, warna tua
Volume besar, berbau dan mengambang
Rapuh dengan lender tanpa darah
Rapuh dengan darah dan lender
Volume besar, cair, sisa padat sedikit
Rapuh, mengandung nanah atau jaringan nekrotik
Agak lunak, putih abu-abu sedikit
|
Konstipasi
Malabsorpsi zat lemak atau protein
Sindrom usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan
difus, adenoma dengan jonjot-jonjot
Inflamasi usus besar; tifoid, shigella, amebeasis,tumor ganas
Infeksi non-invasif (cholera, e.coli keadaan toksik, keracunan
makanan oleh stafilikok, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida,
makan berlebihan)
Devertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit
obtruksi saluran makan barium
|
Pada keadaan usus besar yang sensitive keadaan dapat diselingi
diare yang cair atau berlendir
Ekskresi lemak 6 g/hari merupakan hal yang abnormal; mungkin
terdapat pada penyakit usus halus primer, fibrosis kistik, pankreastitis,
sindroma post-gastrektomi, penyumbatan saluran empedu
Dengan tinja yang agak terbentuk, sering diawali kelainan fungsi
Darah tanpak lebih nyata dari pada lender
Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
Untuk parasit perik salah tinja selagi masih panas
Bilirubin serum biasanya abnormal
|
Tabel : gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja
Warna
|
Tidak patologis
|
Patologis
|
Coklat, coklat tua kuning coklat
Coklat tua sekali
Hitam
Abu-abu
Abu-abu muda sekali
Hijau atau kuning hijau
Merah
|
Oksidasi normal dari pigmen empedu
Dibiarkan lama di udara
Makanan yang mengandung banyak daging
Makan besi, bismut
Makan kokoa
Makanan mengandung banyak bahan susu barium
Makanan yang mengandung banyak bayam, sayuran hijau lain.
Pencahar yang barasal sayuran
Makanan yang mengandung banyak lobak merah (biet)
|
Perdarahan di saluran cerna bagian proksimal steatore
(konsistensi seperti bubur dan berbuih)
Obtruksi saluran empedu
Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga pigmen empedu
belum sempat teroksidasi
Perdarahan yang berasal dari saluran cerna bagian distal
|
Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja
Kategori
|
Kondisi khusus
|
Hal lain
|
Osmotic
|
Defisiensi disakaridase
(intoleransi terhadap laktosa)
Disakarida dalam buncis atau
kacang-kacangan lain yang tidak dapat dicerna Pencahar berupa larutan garam
|
Gejalan setelah makan makanan yang berasal dari susu
Perut kembung, lazim dengan “gas”. Kadang-kadang diselingi
konstipasi pencahar yang tidak benar
Riwayat sakit dan gejala ulkus peptikum
Dampak osmotic dari antasid
|
Sekretorik
|
Setelah makan bahan pemanis buatan yang tidak dapat dicernakan
toksin berasal dari kuman (kolera, E.coli, keracunan makanan yang mengandung
stafilokok
Hormone yang enteroaktif (gastrin pada sindrom)
Zollinger-Ellison; serotonin ? zat lain pada sindroma karsinoid
Sindroma malabsorpsi lemak, protein
Perangsangan oleh asam empedu
|
Riwayat jenis makanan menentukan diagnose
Epidemiologi lebih penting daripada biakan tinja
Gejala sistemik lain lazim didapat.
Bau busuk merupakan gejala yang umum dari malnutrisi oleh kalori
atau protein
Setelah reseksi dari usus halus
Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus halus
|
Perubahan struktur atau fungsi
|
Reseksi usus
Fistel enterokolon
Sindroma usus besar yang sensitive
|
Dapat diduga dari riwayat penyakit. Komplikasi dari penyakit
divertikulum atau penyakit inflamasi usus besar
Patofisiologi masih belum jelas
|
Kerusakan mukosa
|
Penyakit inflamasi usus besar (sindroma crohn, colitis ulseratif)
Kuman yang invasif (beberapa jenis shigella, salmonella, ameba
kampilobakter) Kolitis pseudo membranosa
|
Perdarahan; rasa nyeri, berat badan mungkin menurun
Biakan tinja berguna pada permulaan penyakit
Sering didapat setelah penggunaan antibiotic yang mempunyai
rentang spectrum lebar
Dapat merupakan penyulit pada uremia, gagal jantung kongestif;
iskemia intestinal
|
I. Analisis Spesimen
feses
Analisa specimen feses dapat memberikan informasi meliputi proses tentang
kondisi kesehatan. Beberapa tujuan pemeriksaan feses meliputi :
a. Untuk menentukam adanya darah
samar (tersembunyi) perdarahan dapat terjadi akibat adanya ulkus,penyakit
inflamasi atau tumor. Pemeriksaan samar sering disebut sebagai tes uji guaiase,
dapat dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau klien di rumah. Kertas
guaiase yang di gunakan untuk pemeriksaan sensitive terhadap adanya darah dalam
feses. Makanan tertentu,obat dan vitamin c dapat menjadikan pemeriksaan tidak
akurat. Hasil positif palsu dapat terjadi bila klien baru memakan daging
merah,sayuran atau buah-buahan mentah atau obat-obatan tertentu yang
mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan perdarahan, seperti aspirin atau
abat anti inflamasi nonsteroid (Nonsteroidal antI-inflamatory drugs/NSAID)
yang lain,steroid,sediaan besi dan anti koagulan. Hasil negatif palsu terjadi
bila klien mengonsumsi lebih dari 50 mg vitamin c/hari dari semua sumber baik
dari diet dan suplemen 3 hari sebelum pengukuran –sekalipun njika ada
perdarahan.
b. Untuk menganalisis produk diet
dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah lemak yang berlebihan pada feses
(steatore) dapat mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada usus halus.
Penurunan jumlah empedu dapat mengiritasi obstruksi aliran empedu dari hati dan
kandung kemih ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini, perawat perlu
mengumpulkan dan mengirim seluruh feses pada satu kali defekasi bukan sempel
yang sedikit.
c. Untuk mendeteksi adanya telur dan
parasit. ketika mengumpulkan spesimen untuk pemeriksaan parasit sample yang
harus di bawa ke laboratorium masih baru. Biasanya, ada tiga spesimen feses
yang di evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya organisme
sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai.
d. Untuk mendeteksi adanya
bakteri atau virus. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan sedikit feses karena
spesimen tersebut akan di kultur. Wadah atau penampung harus steril dan teknik
aseptik digunakan saat mengumpulkan spesimen. Feses perlu dikirim segera ke
laboratorium. Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan laboratorium
bila klien mendapatkan antibiotik.
e. Hal – hal yang perlu diperhatikan
Penyimpanan
a)
Feses tahan
< 1 jam pada suhu ruang
b)
Bila 1
jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c)
Penyimpanan
< 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Pengiriman
a)
Pengiriman
< 1 jam pada suhu ruang
b)
Bila tidak
memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
f. Mengumpulkan spesimen feses
Alat :
ü Pispot yang
bersih
ü Sarung
tangan
ü Wadah
spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada tabung untuk
kultur feses
ü Dua spatel
ü Tissue
ü Slip
permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
ü Penyegar
udara
Pemeriksaan feses untuk darah samar
Alat:
ü Pispot yang
bersih
ü Sarung
tangan
ü Dua spatel
ü Tissue
Persiapan sebelum pemeriksaan
:
a.
Kumpulkan
peralatan yang di perlukan
b.
Pasang tanda
di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses sesuai waktu
c.
Pelaksanaan
d.
Jelaskan
kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut harus dilakukan
dan apakah klien dapat bekerjasama.
e.
Berikan
informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
f.
Tujuan
pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu mengumpulkannya
g.
Defekasi
pada pispot yang bersih
h.
Jangan
sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi. Jika
memungkinkan klien berkrmih dulu sebelum mengumpulkan spesimen
i.
Jangan
membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan kertas dapat
mempengaruhian alisis laboratorium
j.
Beritahu
perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama setelah mendapatkan spesimen
dan segera dikirim ke laboratorium
k.
Cuci tangan
dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai. Ketika
mengambil sampel feses yaitu saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel
feses ke wadah spesimen, saat membuang sisa pada pispot, perawat melakukan
teknik aseptik dengan cermat.
l.
Berikan
privasi klien
m.
Bantu klien
yang memerlukan bantuan
n.
Bantu klien
memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping tempat tidur atau di
bawah dudukan toilet di kamar mandi
o.
Setelah
klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau dan malu pada
klien
p.
Pasang
sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan bersihkan klien
sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi
bila klien sering defekasi dan fesesnya cair.
q.
Pindahkan
sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
r.
Gunakan satu
atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua feses ke dalam wadah
spesimen, hati-hati agar tidak mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse
yang dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan spesimen feses. Biasanya
pemeriksaan cukup membutuhkan 2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese
cair. Untuk beberapa spesime waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di
kirimkan, mukius atau darah yang terlihat harus disertakan pada sampel.
s.
Untuk
kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab kedalam tabung
periksa steril dengan menggunakan teknik steril.
t.
Bungkus
spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum membuangnya kedalam wadah
pembuangan. Tindakan ini membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui
kontak dengan benda lain
u.
Tutup wadah
segera setelah spesimen berada di dalam wadah
v.
Pastikan
klien dalam keadaan nyaman
w.
Kosongkan
dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
x.
Lepaskan
sarung tangan
y.
Gunakan
penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra indikasikan untuk
klien (misalmnya semprotan yang meningkatkan dispenia)
z.
Beri label
dan kirimkan spesimen ke laboratorium
aa.
Pastikan
informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium dan pada label
yang melekat di wadah specimen
bb. Atur
spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau pemeriksaan parasit
perlu segera dikirim. Bila tidak memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah
spesimen. Pada beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena perubahan
bakteriologis terjadi pada spesimen feses dalam suhu ruangan. Jangan pernah
meletakkan spesimen dalam tempat pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan
untuk mencegah kontaminasi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø
Tinja merupakan semua benda atau zat
yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh dan merupakan
salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Ø
Tinja dimana saja berada atau
ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada
akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak
mengganggu.
Ø Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak
cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi
defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Ø Syarat pengambilan feces yang harus diperhatikan yaitu
:
a. Tempat harus
bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan.
Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien
dilarang menelan Barium, Bismuth, dan
Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c.
Diambil dari
bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik
dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e.
Pasien
konstipasi
Ø Pemeriksaan
feses terbagi atas 2 yaitu pemerisaan feses lengkap dan pemerisaan kultur
feses. Pemeriksaan feses lengkap terdiri dari pemeriksaan makroskopik,
pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
Ø Penyimpanan
a) Feses tahan
< 1 jam pada suhu ruang
b) Bila 1
jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c) Penyimpanan
< 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Ø Pengiriman
a) Pengiriman
< 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak
memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa analis
kesehatan khususnya, kita seharusnya menmpelajari tentang pemeriksaan feses
yang benar sehingga jika praktiktikum maupun pemeriksaan langsung dapat
melakukannya dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.htmlahmadmuzaki47.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-feses.htmlhttp://mimintriwa.blogspot.com/p/42-persiapan-dan-pengambilan-specimen.html
0 Response to "Makalah Tentang Feses"
Post a Comment