BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat
penting bagi manusia. Semua tidak akan sempurna apabila kesehatan seseorang
terganggu. Gangguan kesehatan dapat menghambat segala aktivitas manusia. Oleh
sebab itu penting bagi seseorang untuk menjaga kesehatan. Bukan hanya satu
organ tubuh saja yang perlu dijaga namun keseluruhan. Dalam kehidupan
sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urin. Bukan hanya mendengar
namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urin atau metabolisme tubuh
melalui urin yang biasa kita sebut buang air kecil ( BAK ).
Buang air kecil merupakan suatu hal
yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin
yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya.
Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Dari contoh
tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu
terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh
seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana protein
dalam urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam
menentukan diagnosa suatu penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Urine
Urine
atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi
urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra.
Urine
normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH
berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 –
1,035.Volume normal perhari 900 – 1400 ml.
B. Proses Terbentuknya Urine
Penyaringan darah pada ginjal lalu
terjadilah urine.Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal.Ketika berada
di dalam membrae glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam
amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi.
Urine primer dari kapsul bowman
mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di
saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap
kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut
sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi. Urine
sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami
penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan
akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih
melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah
penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kemih akan menimbulkan
rasa ingin buang air kecil atau kencing.
Banyaknya urine yang dikeluarkan
dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari.Faktor yang
mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air
yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat
sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit.
Pada saat minum banyak air,
kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum
akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda.Warna
urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau
dapat pula disebabkan oleh penyakit.Namun biasanya warna urine normal berkisar
dari warna bening sampai warna kuning pucat.
C. Warna Urine
1. Kuning
jernih
Urin berwarna kuning jernih
merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat.Urin ini tidak berbau. Hanya saja,
beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan
mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2. Kuning
tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh
mengalami kekurangan cairan.Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri
Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3. Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
4. Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa
digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan
busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami
infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.
D. Pemeriksaan Urine
a)
Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat
jenis, bau dan pH urin.Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk
menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
b). Pemeriksaan
Mikroskopik
Yang dimaksud dengan
pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit yaitu meliputi :eritrosit, leukosit, epitel, bilirubin, urobilinogen,
silinder, benang lendir, spermatozoa, bakteri, jamur dan parasit.
C)
Pemeriksaan Kimia Urine
Di samping cara konvensional,
pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan
hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens
pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia.Reagens
pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton,
bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
E.Protein
a.Pengertian protein
Protein adalah komponen dasar dan
utama makanan yang diperlukan oleh semua makhluk hidup sebagai bagian dari
daging, jaringan kulit, otot, otak, sel darah merah, rambut, dan organ tubuh
lainnya yang dibangun dari protein (Sandjaja, 2010).
Protein mempunyai fungsi penting
yaitu untuk pertumbuhan, memperbaiki sel tubuh yang rusak, bahan pembentuk
plasma kelenjar, hormone, dan enzim, cadangan energi jika terjadi kekurangan,
menjaga keseimbangan asam basa darah (Sandjaja, 2010).
Protein merupakan rangkaian
asam-asam amino yang sekuennya ditentukan oleh kode genetik.Beberapa asam amino
yang menyusun tidak dapat disintesis dalam tubuh (asam amino esensial) sehingga
harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi.
b. Proses terbentuknya protein
Sintesis protein
(bahasa inggris:
protein synthesis) yang disebut juga biosintesis protein adalah proses
pembentukan partikel protein
dalam bahasan biologi molekuler yang
didalamnya melibatkan sistesis RNA
yang dipengaruhi oleh DNA.
Dalam proses sintesis protein, molekul
DNA adalah sumber pengkodean asam nukleat
untuk menjadi asam
amino yang menyusun protein tetapi tidak terlibat secara langsung
dalam prosesnya. Molekul DNA pada suatu sel ditranskripsi
menjadi molekul RNA. Molekul RNA inilah yang ditranslasi
menjadi asam amino sebagai penyusun protein. Dengan demikian molekul RNA lah
yang terlibat secara langsung dalam proses sintesis protein. Hubungan antara
molekul DNA, RNA, dan asam amino dalam proses pembentukan protein dikenal
dengan istilah "Dogma sentral biologi”
yang dijabarkan dengan rangkaian proses DNA membuat DNA dan RNA, RNA membuat
protein, yang dinyatakan dalam persamaan DNA >> RNA >> Protein.
Seperti kebanyakan dogma,
terdapat pengecualian pada proses pembentukan protein berdasarkan bukti-bukti
yang ditemukan setelahnya, sehingga dogma ini akhirnya disebut sebagai aturan.
C.Metabolisme Protein
Pada
umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah
dibawa ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses masuknya asam amino
dapat di katakan tidak bersifat dinamis dan selalu di perbaharui. Asam amino
yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam amino yang diperlukan untuk
menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh
D .Fungsi Protein.
Fungsi protein didalam tubuh sangat erat hubungannya dengan hayat hidup sel. Selain itu,
protein juga berfungsi sebagai zat pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba
dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk kedalam milieu interior
tubuh. Protein juga sebagai zat pengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk
enzim dan hormon.
Protein sangat berperan penting
untuk pertumbuhan manusia dan terdapat dalam semua makhluk hidup.Jadi tanpa
adanya protein tidaklah dapat dibentuk sel makhluk hidup.
Menurut sumber
lain yang penulis peroleh, dapat kita lihat fungsi protein lainnya, antara lain sebagai berikut :
1.
Untuk membangun sel jaringan tubuh
seorang bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg.
2.
Untuk mengganti sel tubuh yang aus atau
rusak.
3.
Untuk membuat air susu, enzim dan
hormon air susu yang diberikan ibu kepada bayinya dibuat dari makanan ibu itu
sendiri.
4.
Membuat protein darah, untuk
mempertahankan tekanan osmose darah.
5.
Untuk menjaga keseimbangan asam basa
dari cairan tubuh.
6.
Sebagai pemberi kalori.
7.
Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan.
8.
Untuk pembentukan ikatan-ikatan
esensial tubuh.
9.
Untuk mengatur keseimbangan air
dalam tubuh.
10.
Untuk memelihara netralitas tubuh.
11.
Untuk pembentukan antibodi.
12.
Untuk mengangkat zat-zat gizi.
13.
Sebagai sumber energi.
E.Jenis Pemeriksaan Protein Dalam Urin
v
.Pemeriksaan
protein urin metode presipitasi dengan asam sulfosalicyl 20 %.
Presipitasi untuk protein ini
dasarnya adalah reaksi pengendapan dengan asam kuat. Konsentrasi asam sulfosalicyl
yang digunakan adalah 20 %. Presipitasi ini merupakan tes yang sangat peka
karena adanya protein dalam konsentrasi 0,002% dapat dinyatakan dengan tes ini.
Positif palsu terjadi jika pada sampel
terdapat kekeruhan, dengan adanya kekeruhan ini dapat memberikan hasil reaksi
positif. Sebaiknya menggunakan urin yang jernih, jika urin keruh harus
dicentrifuge terlebih dahulu. Adanya Iodida pada sinar radiografi juga dapat memberikan
reaksi positif jika pasien sebelumnya melakukan foto rontgen, biasanya berat jenis
urin menjadi tidak normal yaitu > 1035. beberapa jenis obat juga dapat
memberikan hasil positif, misalnya penicilina, sulfonamida, cephalosphorin,
tolbutamide dan tolmitin.
Positif palsu yang disebabkan oleh
beberapa jenis obat ini dapat ditegaskan dengan melihat jenis kristal dari
masing-masing jenis obat tersebut di bawah mikroskop.
Penentuan proteinuri asam sulfosalicyl 20%
ini memberikan beberapa kelebihan,diantaranya adalah harga lebih murah,
pembuatan larutan reagent asam sulfosalicyl 20% dapat disesuaikan dengan jumlah
pasien sehingga lebih ekonomis, mudah diperbaharui pembuatan reagent Asam
Sulfosalicyl 20%. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu yang lebih
lama dalam melakukan pemeriksaan.
v Pemeriksaan
protein urin metode presipitasi pemanasan dengan asam asetat
Protein
dalam keadaan kolloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat untuk mencapai
titik isoelektrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan
akhirnya terjadi presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya
garam-garam yang ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan. Konsentrasi
protein sebanyak 0,004% dapat dinyatakan dengan tes ini.
Konsentrasi
asam asetat yang dipakai bisa digunakan konsentrasi antara 3 – 6%, yang penting
diperhatikan adalah pH yang dicapai dengan pemberian asam asetat. Ada yang
lebih suka menggunakan asam penyangga dengan pH 4,5 sebagai pengganti asam
asetat.
Urin encer
yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik untuk tes ini. Jika berat jenis
berkisar antara 1003 – 1006 ditambah larutan NaCl jenuh sebanyak seperlima dari
volume urin.Jika memakai penyangga tidak perlu diberi NaCl. Urin dengan reaksi
asam akan memberikan hasil yang baik.
v .Pemeriksaan
protein urin metode tes strip urin.
Tes strip
urin yang dipakai untuk menemukan proteinuri berdasarkan fenomena “kesalahanpenetapan
pH oleh adanya protein”. Indicator tertentu memperlihatkan warna lain dalam
cairan yang bebas protein dan cairan yang berisi protein dengan pH tertentu. Derajat
perubahan warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan
warna menjadi ukuran semi kuantitatif pada proteinuri.
Indikator yang biasanya ada pada tes strip adalah
tetabrom phenol blue yang berwarna kuning pada pH 3 dan menjadi hijau sampai hijau
biru sesuai banyaknya protein yang ada dalam Urin.
Tes strip yang digunakan untuk penentuan
proteinuri ini tidak hanya untuk penentuanprotein, tetapi juga untuk penentuan
berat jenis (spesifik gravity), pH, blood (darah), leucocyte (sel darah
putih),nitrite, glukosa, ketone, bilirubin dan urobilinogen.
Tes strip merupakan reagent kering (dry
reagent) dalam penyimpanannya harus tertutup rapat karena sifatnya yang
mikroskopis, harga lebih mahal dan tidak ekonomis, tetapi mempunyai kelebihan
yaitu dalam pemantauan proteinuri tidak memerlukan waktu yang lebih lama.
E.
Proteinuria
Proteinuria yaitu urin manusia yang
terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam
atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal,
protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap
fungsional.Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa
gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya
penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa
adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara,
tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula
protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara
langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.Adanya protein di
dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya.
Adapun proteinuria yang ditemukan saat
pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria
tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan
patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam
waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin
telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin
melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.Dalam keadaan
normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram
protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul
didalam urin.
Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan
yaitu:
1.
Filtrasi glomerulus
2.
Reabsorbsi protein tubulus
a) Patofisiologi
Proteinuria
Proteinuria dapat meningkatkan
melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1. Perubahan
permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma
normal terutama abumin.
2. Kegagalan
tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3. Filtrasi
glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam
jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4. Sekresi
yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk
inflamasi.
Sejumlah besar protein secara normal
melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas
dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan
berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus. Protein yang
lebih kecil (100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan
memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran
yang sempit. Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan
glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.
Muatan negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.
Mekanisme lain dari timbulnya
proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria abnormal yang melebihi
kapasitas reabsorbsi tubulus. Ini biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel
plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi
monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari
kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada
tubulus proksimal. Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari,
sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom
nefrotik).
b) Proteinuria
Fisiologis
Proteinuria sebenarnya tidaklah
selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada
individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering
ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan
bersifat sementara. Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung,
latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1
gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya
bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena banyaknya protein
dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut (positif palsu
proteinuria masif).
c) Proteinuria
Patologis
Sebaliknya, tidak semua penyakit
ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik,
penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan
kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian
proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator
perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada
penyakit ginjal non diabetes.
3 macam proteinuria yang patologis:
Proteinuria yang berat, sering kali disebut masif, terutama pada keadaan
nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengandung lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa
atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya berhubungan secara bermakna dengan
lesi/kebocoran glomerulus. Sering pula dikatakan bila protein di dalam urin
melebihi 3,5 gram/24 jam.
Penyebab proteinuria masif sangat
banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup lama dengan retinopati
dan penyakit glomerulus. Terdapat 3 jenis proteinuria patologis:
1. Proteinuria
glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
2. Proteinuria
tubular
3. Overflow
proteinuria
d) Proteinuria
Glomerulus
Bentuk proteinuria ini tampak pada
hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah jenis protein yang paling
dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul rendah
ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan
filtrasi glomerulus protein plasma meningkat:
1.
Ketika barier filtrasi diubah oleh
penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma, terutama albumin,
mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus
yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal
penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang
berubah.
2.
Faktor-faktor hemodinamik
menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa
perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.
Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan
kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
e) Proteinuria
Klinis
Pemeriksaan ditentukan dengan
pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach dan Biuret.Proteinuria
klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.
f) Proteinuria
Tubular
Jenis proteinuria ini mempunyai
berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari, terdiri atas β-2
mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya
menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA),
sarkoidosis, sindrom Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.
g) Overflow
Proteinuria
Diskrasia sel plasma (pada mieloma
multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi rantai pendek/protein
berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain
Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang
umumnya mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan
khusus. Protein jenis ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat
menimbulkan protein Bence Jones adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.
h) Proteinuria
Isolasi
Sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada
pasien sehat yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit
sistemik.proteinuria ini hampir ditemukan secara kebetulan dapat
menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang mungkin saja timbul karena
posisi lordotik tubuh pasien.
F..Nilai Rujukan
1. Protein Total
Dewasa : 6.0 - 8.0
g/dl
Anak : 6.2 - 8.0 g/dl
Bayi : 6.0 - 6.7 g/dl
Neonatus : 4.6 - 7.4
g/dl
2. Albumin
Dewasa : 3.5 - 5.0
g/dl
Anak : 4.0 - 5.8 g/dl
Bayi : 4.4 - 5.4 g/dl
Neonatus : 2.9 - 5.4
g/dl
3.
Protein Urin
Urin sewaktu : negatif
(≤15 mg/dl)
Urin 24 jam : 25 – 150
mg/24 jam.
G. Interpretasi
Hasil
Interpretasi Hasil :
Tingkatan
Hasil
|
Kriteria
|
Kadar
Protein
(g/dL)
|
Negatif (-)
|
Tidak ada kekeruhan
|
< 0,01
|
Positif 1 (+)
|
Kekeruhan ringan (tidak berbutir)
|
0,01-0,05
|
Positif 2 (++)
|
Kekeruhan jelas (berbutir)
|
0,05-0,2
|
Positif 3 (+++)
|
Kekeruhan hebat (berkeping-keping)
|
0,2-0,5
|
Positif 4 (++++)
|
Menggumpal
|
>0,5
|
H. Protein Bence Jones.
Protein bence jones adalah suatu protein dengan berat
molekul kecil (± 44.000) terdiri dari rantai ringan (light chains) kappa atau
lambda immunoglobin yang ditemukan di urin. Karena berat molekulnya yang kecil,
protein bence jones mudah ditemukan difiltrasi diglomerolus ginjal dan
ditemukan diurin.
Sifat Protein ini yaitu bila dipanaskan
sampai suhu 40-600 terjadi presipitat dan pada saat pemanasan
diteruskan sampai mendidih presipitat menghilang. Ketika didinginkan, protein
bence jones akan menjadi presipitat pada suhu 600C dan akan larut
pada suhu kurang dari 400C.
Protein bence jones disebut sebagai tumor
marker dimana suatu zat yang dibuat oleh tubuh sebagai tanda yang berhubungan
dengan kanker tertentu, atau keganasan.
Protein bence jones dibuat oleh plasma sel,
suatu sel darah putih. Adanya protein di urin berkaitan dengan keganasan dari
sel plasma. Sel plasma yang mengalami keganasan akan mengalami proliferasi sel
yang berlebihan, sehingga membentuk alone. Sel-sel tersebut membentuk suatu
imunoglobulin homogenus, dan satu tipe free light cham baik berupa kappa atau
lambda. Produksi subunit yang tidak seimbang ini dapat menyebabkan
produksi light chains berlebihan yang kemudian di filtrasi diglomerulus dan di
ekskresikan melalui urin. Semua ini tergantung dari seberapa banyak light
chains dan heavy chains yang diproduksi oleh elones (klon).
Terdapat 3
jenis abnormalitas yang dapat terjadi ;
1.
Klon tersebut dapat membentuk satu
jenis heavy chain dalam jumlah yang sama, kemudian akan terbentuk imunoglobulin
yang homogen, karena tidak terdapat light chains yang berlebihan, tidak
ditemuakan protein bence jones diurin.
2.
Klon tersebut memproduksi light
chains yang lebih banyak dibanding heavy chains, light chains akan bergabung dengan semua
heavy chains yang diproduksi membentuk imunoglobulin homogen dan light chains
yang tersisa akan diekskresikan diurin.
3.
Bila klon hanya memproduksi light
chains saja tanpa adanya heavy chains, sehingga tidak terbentuk imunoglobulin
homogenus dan semua light chains akan di ekskresikan melalui urin, kecuali bila
terdapat gangguan pada ginjal. Adanya imunoglobulin yang homogen dapat
diperiksa dengan menggunakan serum elektroforesis, sedang adanya protein bence
jones dalam jumlah banyak di urin cara terbaik dengan menggunakan dengan
menilai pola elektroforesis yang meningkat tajam.
Gambaran Klinis
Multiple
mieloma adalah keganasan yang menyerang sel plasma, biasanya terjadi pada
sum-sum tulang. Penyakit ini sering dihubungkan dengan terbentuknya protein
bence jones. Keganasan ini didapatkan pada kasus limfoma, makroglobulinemia,
leukemi, osteogenik, sarkoma, amiloidosis, dan keganasan lainya. Terjadinya
Proteinuria bence jones yang cukup lama, menyebabkan permeabilitas membran
glomerulus menjadi bertambah besar terhadap protein, dan kebutuhan reabsrbsi
tubulus yang menjadi lebih besar menyebabkan terjadi degenerasi tubulus,
sehingga serum protein, albumin dan globulin sering ditemukan diurin.
Pemeriksaan laboratorium
Suatu urinalisis
rutin tidak dapat mendeteksi adanya protein bence jones. Ada beberapa metode
yang dilakukan untuk mengetahui dan menghitung protein tersebut. Reaksi klasik
bence jones adalah dengan memanaskan urin sampai suhu 600C pada
temperatur ini protein bence jones akan menggumpal. Bila urin terus menerus
dipanaskan sampai mendidih, urin maka akan larut kembali dan bila didinginkan
akan kembali menggumpal. Ada beberapa test lain dengan menggunakan garam-garam,
asam-asam dan zat-zat kimia lain, tapi test–test ini tidak dapat untuk
mengetahui berapa banyak protein bence jones yang terdapat pada urin, hanya ada
atau tidaknya saja.
Prosedur
yang lebih kompleks dilakukan untuk mengukur banyaknya protein bence jones,
yaitu dengan menggunakan imunoelectroporesis, biasa digunakan dengan
menggunakan urin 24 jam.
Hasil normal
DAFTAR
PUSTAKA
Montgomery,
Rex dkk. 1993. Biokimia jilid I. Yogjakarta : Gajah Mada University
Press
Jati, wijaya. 2007.
Aktif Biologi. Jakarta
: Ganeca exact.
wilmar
musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika,
Jakarta.
Guyton,
A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji
Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.
0 Response to "Makalah Protein Urine"
Post a Comment