BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut paradigma sehat, diharapkan
orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di
sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan, perlu di tentukan
penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu
ringan, berat, atau fatal.
Dalam menentukan diagnosis suatu
penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang
diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita. Sampel
yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina, dan
sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai
penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu
misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan
penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada
tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial
membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia
klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi
klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan
terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan
cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan
pun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya
tes pun dapat meningkat.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan
yang mulai banyak menyerang masyarakat indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia,
bronkitis kronis, dan sebagainya. Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan tes
terhadap spesimen guna menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan
menggunakan dahak atau sputum.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian sputum ?
2. Apa saja jenis pemeriksaan sputum ?
3. Bagaimana cara pemeriksaan sputum ?
4. Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeriksaan sputum ?
5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum
2. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan sputum
3. Mengetahui cara pemeriksaan sputum
4. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeriksaan sputum
5. Memahami interpretasi pemeriksaan sputum
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sputum
Sputum (dahak) adalah bahan yang
dikeluarkan dari paru dan trakea melalui
mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland,
1992).Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal
dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika
diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons
terhadap inflamasi dengan meningkatkan
keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum
berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih
kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari
saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan.
B.
Proses terbentuknya Sputum
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah
100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan
mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan.
Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik,
kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses
pembersihan tidak berjalan secara normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun.
Bila hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan
dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi.
Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret
mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum
yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu
sendiri.(Price Wilson)
C.
Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya,
karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan
kemungkinan penyebabnya :
1. Sputum
yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari
sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
2. sputum
banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
3. Sputum
yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
4. Sputum
kekuning-kuningan → proses infeksi.
5. Sputum
hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus
yang melebar dan terinfeksi.
6. sputum
merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
7. Sputum
berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
8. Sputum
berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
D. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan
jika diduga adanya penyakit paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons
terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau
sputum. Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan
ini memberikan cukup informasi tentang organism yang cukup untuk menegakkan
diagnose presumtif.
2.
Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan
diagnose definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan
sebelum dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran
terapi.
3. Basil Tahan Asam (BTA) menentukan
adanya mikobacterium tuberculosis, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini
tidak mengalami perubahan warna oleh alcohol asam.
E.
Jenis Pemeriksaan Sputum
1. Pewarna
gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang
jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2. Kultur
Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.
3. Sensitifitas
:
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik
dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang
terdapat dalam sputum.
4. Basil
tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan
adanya Mycobacterium tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini
tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam
5. Sitologi
:
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan
(karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan
trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan
menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak
adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes
Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus
sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus,
atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya
menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif,
klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang
pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.
F.
Cara Pemeriksaan Sputum
1. Perlengkapan :
1. Wadah
spesimen steril dengan penutup,
2. Sarung
tangan disposable (bila membantu klien),
3. Disinfektan
dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4. Handuk
kertas,
5. Label
yang berisi lengkap,
6. Slip
permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
7. Obat
kumur.
2. Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan
kumpulkan peralatan yang sesuai.
3. Pelaksanaan
Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda
lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja
sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi
selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
a. Tujuan
pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan spesimen sputum,
b. Jangan
menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,
c. Untuk
mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
d. Untuk
menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e. Cara
memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat
batuk,
f. Jumlah
sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup analisis),
g. Cuci
tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
4. Berikan
privasi klien.
5. Berikan
bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen :
a. Bantu klien mengambil posisi berdiri
atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur
atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru yang maksimum.
b. Minta klien untuk memegang bagian
luar wadah sputum, atau, untuk klien yang
tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar
wadah tersebut untuk klien.
c. Minta klien untuk bernapas dalam dan
kemudian membatukan sekresi. Inhalasi
yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar
dari jalan udara ke dalam faring.
d. Pegang wadah sputum sehingga klien
dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya,
pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum
ke dalam wadah akan mencegah penyebaran
mikroorganisme ke tempat lain.
e. Bantu klien untuk mengulang
batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
f. Tutup wadah segera setelah sputum berada
di dalam wadah. Menutup wadah akan
mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
g. Bila sputum mengenai bagian luar
wadah, bersihkan bagian luar dengan
disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh
bagian luar wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian
mengeringkannya dengan handuk kertas.
h. Lepas dan buang sraung tangan.
6. Pastikan klien merasa nyaman :
a. Bantu klien untuk membersihkan mulutnya
dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
b. Bantu klien
mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara maksimal, bila diperlukan.
7. Beri label dan bawa spesimen ke
laboratorium.
a. Pastikan informasi yang benar
tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan perimintaan
laboratorium pada wadah spesimen.
Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen
dapat membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
b. Atur agar spesimen dikirim segera ke
laboratorium atau di dinginkan. Kultur
bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi
tumbuh dan berkembang baik sehingga
memberikan hasil positif palsu.
8. Dokumentasikan semua informasi yang
relevan.
Dokumentasikan
pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.
Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket,
atau encer), adanya hemoptisis (darah
pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis., drainase
postural), jumlah sputum yang dihasilkan
secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien.
G.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan Sputum
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan
pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih
besar.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan
sputum adalah 3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum
sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum pagi (P),
keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum
pertama setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di
laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak
boleh menyikat gigi. Agar sputum mudah
dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada).
Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum
dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum
dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril
bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila
ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi
membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus
seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan
perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat
(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum
pengambilan sputum.
Teknik lain untuk mengeluarkan sputum
bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
a.
Aspirasi transtracheal (transtracheal
aspirasi atau cuci transtracheal).
Teknik
untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk pemeriksaan histologis dan mikrobiologi. Sebuah jarum
dimasukkan melalui kulit di atasnya trakea
dan melalui ligamentum krikotiroid. Sebuah kateter dimasukkan ke dalam
trakea dan diteruskan ke tingkat
bifurkasi trakea. Indikasi :
Injeksi
Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang untuk laringoskopi terjaga, serat optik dan atau intubasi retrograd. Penghapusan tanggapan gag refleks atau hemodinamik untuk
laringoskopi atau bronkoskopi. Digunakan
untuk membantu menghindari Valsava seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain "terjaga"
intubasi (pasien dibius dan ventilasi spontan).
b. Bronchial
lavage (Bronchoalveolar lavage)
Bronchoalveolar
lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana bronkoskop dilewatkan melalui mulut atau hidung ke
paru-paru dan cairan yang disemprotkan ke
bagian kecil dari paru-paru. Biasanya dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit paru- paru. Secara khusus, umumnya digunakan untuk mendiagnosa infeksi
pada orang dengan masalah sistem
kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada ventilator, beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan
parut pada paru-paru (penyakit paru
interstitial). cara paling umum untuk sampel komponen cairan lapisan
epitel (ELF) dan untuk menentukan
komposisi protein saluran udara paru, dan sering digunakan dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel
sampling atau tingkat patogen di paru-paru.
Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi virus influenza.
c. Lung
biopsy
Biopsi
paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan paru-paru untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya
diperiksa di bawah mikroskop, dan dapat dikirim
ke laboratorium mikrobiologi untuk kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi. Biopsi adalah
pengambilan jaringan tubuh untuk
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan
untuk mendeteksi adanya penyakit atau
mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan
transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses
biopsi adalah infeksi dan pendarahan.
Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat
berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal,
hati , dan paru- paru.
H.
Interpretasi Pemeriksaan Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya
karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan
kemungkinan penyebabnya :
1. Sputum
yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung,
bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
2. Sputum
yg terbentuk perlahan & terus meningkat → tanda bronkhitis/ bronkhiektasis
3. Sputum
kekuning-kuningan → proses infeksi.
4. Sputum
hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dalam
sputum. Sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum
dalam bronkus yang melebar dan
terinfeksi.
5. Sputum merah muda&berbusa → tanda edema
paru akut.
6. Sputum
berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
7. Sputum
berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
Sedangkan
bagi interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi atas:
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak menunjukkan hasil BTA positif
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen
dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
c.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
2.
Tuberkulosis paru BTA (-)
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik
dan kelainan radiologik
menunjukkan tuberkulosis aktif
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis positif
I.
Manfaat dari sputum
Pemeriksaan sputum bersifat
mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan.
Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organism penyebab penyakit pada
berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur.
Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma
paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi
organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak.
Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat
peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan
untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi
imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan
infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis
untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum
tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam
dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang
mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer
ultrasonic.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sputum
(dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan
ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit
paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi
yang sering mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit.
Pengambilan
sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat
sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena
kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
B. Saran
Pengambilan
spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa dan untuk mengetahui
penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia,
bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang telah diambil untuk sampel
kemudian diperiksa di laboratorium secara kimia klinik, hematologi, imunologi,
serologi, mikrobiologi klinik, ataupun parasitologi klinik. Sehingga apabila
ada hal-hal yang dirasakan kurang baik pada saluran pernapasan, hendaknya
segera melakukan pengecekan untuk mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit
dalam saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata, R. 1984.Penutun Laboratorium Klinik. Ed. Ke-5 Jakarta :
Penerbit Dian Rakyat.
Zulkifli Amin, Asril
Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI
Wilson,Prise. 2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
Dorland. 2011. Sputum.http://en.wikipedia.org/wiki.Sputum.
0 Response to "Makalah Sputum"
Post a Comment