BAB
I
PENDAHULUAN
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan
melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan
terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi,
difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urine
per menit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urine
selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk
mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran
empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Selama ini dikenal
pemeriksaan urine rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urine
rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urine yang meliputi
pemeriksaan protein dan glukosa.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini, yaitu:
1.
Apa
pengertian Glukosa Urine?
2.
Bagaimana
Proses adanya glukosa dalam urine?
3.
Bagaimana
cara pemeriksaan glukosa dalam urine?
4.
Apa
penyebab terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa dalam urine?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.
Untuk
mengetahui pengertian glukosa urine;
2.
Untuk
mengetahui proses adanya glukosa dalam urine;
3.
Untuk
mengetahui cara pemeriksaan dalam urine;
4.
Untuk
mengetahui penyebab kesalahan pemeriksaan glukosa urine.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Urine
Urine atau air seni
atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui prosesurinasi. Urine juga
sering disebut dengan air kencing atau air seni. Nama urine itu sendiri
dikatakan seperti itu karena kandungan utama dari urine adalah urea. Selain
urea, urine juga, zat warna
empedu, dan
garam-garaman. Normal
tidaknya urine seseorang
tergantung dari
kandungandi dalam urine itu sendiri. Karena itu urine dapat
dijadikan
sebagai indikator kondisi tubuh
seseorang,
seperti dalam mendeteksi apakah
seseorang
menderita dehidrasi ataupun untuk mendeteksi penyakit diabetes mellitus.
Umumnya seseorang memproduksi urine dari 1-2 liter per harinya. Namun ada keadaan
poliuria dimana seseorang memproduksi urine hingga
lebih
dari 2,5 liter per hari. Ada juga
keadaan penyakit oliguria yakni
penderitanya hanya
mampu memproduksi urine sampai 400 ml
saja. Selain itu
penderita anoria ginjalnya
hanya biasa memproduksi urine kurang
dari 100 ml.
Fungsi utama urine adalah
untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh
tubuh, sehingga masyarakat umum mengatakan urine itu adalah zat yang kotor, hal itu mungkin
apabila urine yang
dihasilkan berasal dari ginjal dan saluran kencing yang terinfeksi serta
mengandung bakteri. Secara medis, apabila urine yang diproduksi berasal dari ginjal yang sehat dan
saluran kencing yang terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril. Bahkan di
India ada TerapiUrine Amaroli,
yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan dalam pengobatan
B. Proses
Pembentukan Urine
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses
penyaringan (filtrasi),
penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses
filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di
tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.Ginjal kira-kira
mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap
nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem
kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma.
Sistem urinary bertanggung jawab untuk
berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem
ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis (homeositasis),
yaitu suatu keadaan relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh.
Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH,
tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam
plasma.pengendalian itu dilaksanakan dengan penyaringan sejumlah besar plasma
dan molekul-molekul kecil melalui glomerolus.
Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikeluarkan dari tubuh lewat ginjal
bersama urine, terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein yang mengandung
nitrogen. Pada keadaan sakit metabolisme terganggu, ginjal mengeluarkan
hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut asalkan fungsi ginjal
cukup baik, juga banyak racun-racun dan obat-obat yang dikeluarkan oleh urine
baik dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil-hasil pemecahanya. Zat warna
urin barasal darimetabolisme endogen yang dijabarkan dari zat warna empedu.
Urin segar yang normal mempunyai warna sitrum sampai kuning batu ambar.
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam urine yaitu senyawa
organik, senyawa anorganik, dan zat-zat lain. Urea adalah hasil akhir utama
dari metabolisme protein. Ekskresi berhubungan langsung dengan intake protein.
Biasanya urea merupakan 80-90% dari nitrogen urine total. Ekskresi urea
meningkat ketika katabolisme protein meningkat, seperti pada diabetes dan
aktivitas korteks jaringan yang berlebihan. Asam urat adalah hasil akhir
terpenting dari oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat berasal tidak hanya dari
nukleoprotein makanan, melainkan juga dari pemecahan nukleoprotein sel dalam
tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi membantuk garam-garamyang
larut dalam urine bila asam dibiarkan). Asam urat ditemukan dalam urine normal
sekitar 0,5-1,0 gram perhari, tetapi jumlah ini dapat bervariasi yang besar
Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl
guanidino acatic acid) dan benda yang konstan dari urine. Kreatinin dapat
diukur dengan memberi alakali pikrat pada urine, dengan adanya kreatin campuran
memberi warna ambar. Warnanya dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi
larutan alkalikiprat. Kreatinditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi
dan disintegrasi jaringan otot. Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis
seperti kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia
tertentu dan infeksi-infeksi. Terdapatnya kreatin dalam urine disebut
kreatinuria
Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam
urine. Ekskresi Cl tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya
sekitar 10-15 gram sehari. Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida
adalah yang utama karena sebagian khlorida adalah yang utama.Fosfat dalam urine
merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat (alakali fosfat) serat
kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah). Ekskresi fosfat pada urine dapat
bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata dalam sehari adalah 1,1g. Ion
fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu asam fosfat nonbasic
dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH dan buffer urine.
Sulfur urine terutama berasal dari protein karena
terdapatnya asam-asam amino yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam
molekul protein. Sulfur urine total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat
anorganik, sulfat terkonjugasi, dan sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar
satu gram sulfat dieliminasi setiap hari, sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat.
Sekitar 90% dari ekskresi sulfat adalah dalam bentuk anorganiksulfat dan 10 %
dalam bentuk sulfat konjugasi dan sulfat netral Proteinuria adalah senyawa
albumin dan globulin dalam urine pada konsentrasi yang abnormal. Pada keadaan
normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan setiap hari melalui
urine. Albumin dapat ditemukan dengan pemanasan urine, kemudian ditambah
sedikit asam asetat encer. Terdapat endapan putih yang menetap setelah
penambahan asam menunjukkan bahwa terdapat protein dalam urine.Selain terdapat pada nefritia,
darah juga terdapat dalam urine (hematuria) yang dapat disebabkan karena
kerusakan pada ginjal atau saluran urine. Hemaglobin bebas (hemaglobinuria)
terdapat dalam urine setelah hemolisis yang cepat misalnya pada kompilasi
dari malaria atau setelah kebakaran yang hebat.
Urine yang mengandung pigmen empedu akan berwarna kunig
kehijauan samapi coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sanagat kecil.
Daxar untuk uji pigmenempedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri
tingkatan warna. Dengan uji gmelin yang positif, akan menghasilkan
bermacam-macam warna mulai dari warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan. Didapatnya indoxyl
sulfuric acud (indikan) dalam urine menunjukkan derajat katabolisme
jaringan dan material protein adalah tidak benar, tetapi merupakan bagian besar
dari organisme putrefektif usus dlama triptofan. Pengeluaran indikan dapat diambil
sebagai petunjuk dini proses putrefektif dalam usus dan secara klinis hal yang
penting dari asam sulfat terkonjugasi. Dalam kondisi normal, 10-20 gram indikan
diekskresikan setiap harinya.
C. Pengertian
Glukosa Urine
Glukosa urine adalah gugus gula
sederhana yang masih ada di urine setelah melewati berbagai proses di ginjal.
Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti ada yang tidak beres waktu proses
urinisasi. Disebabkan karena kurang hormon insulin, yaitu hormon yang mengubah glukosa
menjadi glikogen (kalau kurang berarti gula di darah tinggi). Kalau gula darah
tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi.
Pemeriksaan glukosa urine
merupakan pengukuran kadar glukosa dalam urine. Pemeriksaan ini sebenarnya
tidak dapat digunakan untuk menggambarkan kadar glukosa dalam darah. Namun pada
kasus tertentu, pemeriksaan ini diperlukan untuk pemantauan.
D. Proses
Pembentukan Glukosa Urine
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional
dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (misalnya
urea), elektrolit (misalnya natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa.
Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan
diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan
zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urine.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus
terdapat dalam urine (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula
dalam urine) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah
melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun.
Mekanisme terjadinya glukosuria:
1.
Apabila
GFR meningkat, reabsorbsi normal;
2.
Apabila
reabsorbsi meningkat, GFR normal;
3.
Jika
kadar gula darah normal, GFR menurun.
E. Masalah
Klinis
Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa
dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau
penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam
darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing,
penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat
(misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh
karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral).
Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.
Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.
Glukosuria tidak selalu dapat dipaki untuk menunjang
diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan
kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut
sebagai glycosuria ginjal.
Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa
dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi
glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus,
tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan
intracranial atau karena ambang rangsang ginjal menurun seperti pada renal
glukosuria, kehamilan dan sindroma fanconi.
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien
menderita diabetes mellitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi
dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya bahan
reduktor selain glukosa. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk
memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urin. Hal ini
dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengidentifikasikan keberadaan penyakit
diabetes.
Penyebab Glukosuria adalah:
1.
Tanpa
Hiperglikemia, terjadi pada :
a.
Glukosa
renal, yaitu glukosa dibuang ke air kemih
meskipun kadar glukosa didalam darah normal. Hal ini terjadi karena
adanya kelainan fungsi di tubuluss renalis;
b.
Alkalimentasi;
c.
Kehamilan.
2.
Dengan
Hiperglikemia, terjadi pada :
a.
Diabetes
melitus, Karena kadar glukosa di dalam darah meningkat, karena kekurangan
insulin. Sehingga nefron diginjal tidak bisa menyerap kembali kelebihan glukosa
karena melewati nilai ambang ginjal (ambang glikosa di ginjal : > 170
mg/dL). Makanya kelebihan glukosa dibuang ke urine.
b.
Hipertiroid;
c.
Tekanan
udara cranial;
d.
Sesudah
anestesi dengan eter.
Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa
di darah meningkat dari normal (N : 60 -120 g/dL).
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa di
darah rendah dari normal.
Pada hipoglikemia disebabkan oleh:
1.
Pelepasan
insulin yang berlebihan oleh pankreas;
2.
Dosis
insulin/ obat lain yang terlalu tinggi;
3.
Kelainan
padakelenjer hipofise/ kelenjer adrenal;
4.
Kelainan
pada penyimpanan karbohidrat/ pembentukan glukosa dihati
F. Jenis-jenis Pemeriksaan Glukosa Urine
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk
pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara
yang berbeda-beda. Tes glukosa urine dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi
reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest.
Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan
semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan
dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif
dan kuantitatif.
1.
Cara
Benedict
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau
menggunakan benedict ini memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang
paling sering digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung
garam cupri. Reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict, yaitu glukosa dalam urine akan
mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan
perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung
glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di
atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan
terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah.
Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi
Benedict atas dasar sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak
spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa
gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa,
sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat
mengadakan reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh
obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb.
Alat dan bahan yang digunakan, yaitu:
a.
Tabung
reaksi;
b.
Lampu
spiritus/ water bath
c.
Rak
tabung reaksi
d.
Penjepit
tabung reaksi
e.
Reagen
Benedict
Cara
Kerja, yaitu :
a.
Siapkan
alat dan bahan;
b.
Masukkan
5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi;
c.
Teteskan
sebanyak 5-8 tetes urine ke dalam tabung tersebut;
d.
Masukkan
tabung tadi ke dalam air mendidih (water bath) selama 5 menit atau langsung
dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih;
e.
Angkat
tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi.
Penilaian
hasil cara benedict, yaitu:
Negatif : Tetap
biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
Positif + atau 1 + : Hijau
kekuningan dan keruh ( sesuai dengan 0,5 - 1% glukosa)
Positif ++ atau 2 + : Kuning
kehijauan atau kuning keruh (1 - 1,5% glukosa)
Positif +++ atau 3 + : Jingga
atau warna lumpur keruh (2 - 3,5% glukosa)
Positif ++++ atau 4 + : Merah
bata atau merah keruh ( > 3,5% glukosa)
*Perhatian : membaca
hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok. Bila dibiarkan lebih lama,
hasilnya akan lebih positif.
Keuntungan metode benedict, yaitu lebih spesifik dan
semikuantitatif, sedangkan Kerugian metoda benedict, yaitu kurang sensitif
karena menggunakan basa lemah.
2.
Cara
Fehling
Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A
dan fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B
merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan
tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi
fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Alat yang digunakan pada cara fehling, yaitu:
a.
Tabung
reaksi;
b.
Rak
tabung reaksi;
c.
Penjepit
Tabung reaksi;
d.
Timer
e.
Spritus
f.
Pipet
volum
g.
Pipet
tetes
h.
Kaki
tiga
i.
Beaker
glas
Reagen yang digunakan, yaitu:
a.
Fehling
A
1)
Copper
Sulfat (CUSO4.5H2O)
2)
Aquadest
ad
b.
Fehling
B
1)
Garam
saignetti (tatatris calico narici)
2)
Hydratis
natrici
3)
Aquadest
ad
Cara Kerja Fehling, yaitu:
c.
Memasukkan
reagen fehling A dan B sama banyak, masing-masing 2 ml;
d.
Menambahkan
1 ml urine;
e.
Dipanaskan
dengan api kecil sampai mendidih;
f.
Biarkan
dingin dan dibaca hasilnya.
Penilaian
hasil cara Fehling, yaitu:
Negatif - : Tetap biru
Positif + atau 1 + : Hijau
dengan sedikit endapan kuning (kadar gula 100-500 mg/dl)
Positif ++ atau 2 + : Hijau
dengan endapan kuning (kadar gula 500-1400 mg/dl)
Positif +++ atau 3 + : Jernih
dengan endapan kuning kemerahan atau orange (kadar gula 1400-2000 mg/dl)
Positif ++++ atau 4 + : Jernih
dengan endapan merah bata (kadar gula >2000 mg/dl)
Keuntungan metode Fehling, yaitu sangat sensitif,
sedangkan Kerugian metoda Fehling, yaitu kurang spesifik, karena reagen fehling
mengnadung basa kuat (KOH) akibatnya semua reduktor terdeteksi sebagai glukosa.
3.
Cara
Clinistes
Reagen yang digunakan pada cara clinistes, yaitu:
a.
Tablet
clinictes siap pakai yang berisi kombinasi CuSO4;
b.
asam
sitrat;
c.
Na2CO3
anhidrat;
d.
NaOH.
Cara kerjanya, yaitu Satu tablet clinictes dalam tabung
reaksi, ditambahkan 5 tete urine. Tungggu 15 detik sampai gelembung udara yang
terjadi habis. Lihat hasilnya sambil dikock perlahan-lahan. Bandingkan warna
yang terjadi dengan warna standar.
4.
Cara
Dengan Menggunakkan Carik Celup
Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi
Benedict atas dasar sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak
spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa
gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa,
sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat
mengadakan reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh
obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dan sebagainya.
Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus
karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat.
Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan
peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan
berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah
iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.
Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji
dipstick. Kumpulkan spesimen acak (random)/urine sewaktu. Celupkan strip reagen
(dipstick) ke dalam urine. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang
terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji
dipstick adalah:
a.
Hasil
uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen
peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urine, atau urine yang
sangat asam (pH di bawah 4).
b.
Hasil
negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam
hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat
jenis urine > 1,020 dan terutama bila disertai dengan pH urine yang tinggi,
adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.
G. Faktor
Kesalahan Pemeriksaan
Faktor terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa urine,
yaitu:
1.
Terlalu
lama memanaskan;
2.
Urine
yang di teteskan terlalu banyak;
3.
Sebelum
dibaca, tabung tidak di kocok terlebih dahulu sehingga rekasi tabung tidak
merata.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Glukosa
urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah melewati
berbagai proses di ginjal. Biasanya
tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut
glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria
bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan
adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan
syaraf pusat, gangguan metabolisme berat.
Tes glukosa urine dapat dilakukan dengan menggunakan
reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest.
Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif.
Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik
celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif.
Faktor terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa urine,
yaitu:
1.
Terlalu
lama memanaskan;
2.
Urine
yang di teteskan terlalu banyak;
3.
Sebelum
dibaca, tabung tidak di kocok terlebih dahulu sehingga rekasi tabung tidak
merata.
B.
Saran
Dengan adanya makalah ini kita sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut untuk mampu memahami cara
pemeriksaan glukosa urine agar dapar menegakkan diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata, R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:
Dian Rakyat Agung.
0 Response to "Makalah Glukosa Urine"
Post a Comment