BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Darah
adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai
alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnyadengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasidengan darah.
Darah
merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya
untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Darah
pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel
darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar
sepertiga belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel
darah manusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit)
dan trombosit (keping darah).
Sel
darah putih (lekosit) merupakan unit yang aktif dari system pertahanan tubuh. Lekosit
berfungsi menyediakan pertahanan yang cepat dankuat terhadap setiap agen
infeksi yang ada. Terdapat beberapa jenis lekosit, yaitu netrofil, eosinofil,
basofil, monosit, limfosit dan megakarosit. Pada orang dewasa terdapat
kira-kira 7000 sel darah putih per millimeter kubik. Peran sel darah putih (lekosit)
yang begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan pengecekan kadar
sel darah putih (lekosit).
B.
Rumusan
Masalah
Dari
Latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa Pengertian Lekosit?
2. Berapa Kadar Normal Lekosit dalam Tubuh?
3. Bagaimana Pembentukan Lekosit?
4. Bagaimana Jenis-jenis Lekosit?
5. Apa Faktor Lekosit menjadi Abnormal?
6. Bagaimana cara Pemeriksaan Hitung Lekosit?
7. Apa Sumber Kesalahan dalam Pemeriksaan Lekosit?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui Pengertian Lekosit;
2. Untuk mengetahui Kadar Normal Lekosit dalam Tubuh;
3. Untuk mengetahui Cara Pembentukan Lekosit;
4. Untuk mengetahui Jenis-jenis Lekosit;
5. Untuk mengetahui Faktor Lekosit menjadi Abnormal;
6. Untuk mengetahui cara Pemeriksaan Hitung Lekosit;
7. Untuk mengetahui Sumber Kesalahan dalam Pemeriksaan Lekosit.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Lekosit
Lekosit (White Blood Cell)
adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian
dari sistem
kekebalan tubuh. Sel
darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding
kapiler/diapedesis.
B.
Kadar
Normal Lekosit
Lekosit
dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700.
Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109
sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000
sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata
8000) sel darah putih. Dalam kasus leukemia,
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Jika jumlahnya lebih dari
11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut Lekositosis dan bila jumlah kurang dari
4000 sel/mm3 maka disebut leukopenia.
Nilai
normal Lekosit, yaitu:
Dewasa : 4.000-11.000/µl;
Neonatus (Bayi baru lahir) : 10.000-26.000/µl;
Anak umur 1 tahun : 6.000-18.000/µl;
Anak umur 4-7 tahun : 5.000-15.000/µl;
Anak umur 8-12 tahun : 4.500-13.500/µl
C.
Pembentukan
Lekosit
Untuk
terbentuknya Lekosit terdapat proses terjadinya pembentukan Lekosit tersebut,
terdapat dua proses pembentukan Lekosit, yaitu:
1. Granulopoeisis
Perkembangan
granulopoeisis dimulai dengan keturunan pertama dari hemositoblas yang dinamakan
myeloblas, selanjutnya berdeferensiasi secara berturut – turut melalui tahap,
promyelosit, myelosit, metamyelosit batang dan segmen.
2. Limfopoesis
Limfosit
juga berasal dari sel induk yang potensial seperti sel induk limfosit yang
selanjutnya dengan pengaruh unsur – unsur epitel jaringan limfoid akan
berdeferensiasi menjadi limfosit.
D.
Jenis-jenis
Lekosit
Lekosit
memiliki beberapa macam jenis sel yang dapat di identifikasi secara mikroskopik
berdasarkan urutan, bentuk inti (nucleus), dan granula dalam sitoplasma. Berdasarkan
terdapatnya butiran atau granula dalam sitoplasmanya, lekosit terbagi menjadi
dua, yaitu :
1. Granulosit
Granulosit,
yaitu lekosit yang di tandai dengan kehadiran butiran dalam sitoplasma bila di
lihat dengan mikroskop cahaya. Ada tiga jenis granulosit, yaitu eosinofil,
basofil, dan netrofil, yang di namai sesuai dengan sifat pewarnaan.
a. Eosinofil
Eosinofil
adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk
vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan
mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi
pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.
Eosinofil
mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase,
ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, [[plasminogen] dan beberapa asam
amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi.
Zat-zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil
merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan
racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan
yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1
hingga 6% terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 – 17 mikrometer.
Eosinofil
dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar
dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph
nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya,
pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan
pertanda adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah
selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan
apabila tidak terdapat stimulasi.
b. Basofil
Basofil
adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 – 0,3% dari
sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan
dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju
jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan
antara lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase,
leukotriena dan beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi
alergi (seperti asma).
c. Neutrofil
Neutrofil
adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel
granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma,
disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula
neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil
berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses
peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi
infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga,
neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai
macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk
hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio
sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum tulang normal
orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat
menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Setelah
lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis:
mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen.
Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung
granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti
sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai
nanah.
2. Agranulosit
Agranulosit
ditandai dengan ketiadaan jelas butiran dalam sitoplasmanya. Agranulosit
terbagi atas dua, yaitu limfosit dan monosit.
a. Limfosit
Limfosit
adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata. Ada
dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large granular
lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan terpadu
dalam sistem pertahanan tubuh.
Limfosit
dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan bentuk awal yang sama tetapi
kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapat menghasilkan antibodi pada anak-anak
dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
b. Monosit
Monosit
(bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang
menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti
selnya.
Pada
saat terjadi peradangan, monosit :
1) Bermigrasi menuju lokasi infeksi;
2) Mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan
membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut.
Monosit
diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang disebut
monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa.
Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu
hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di
jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa
jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas.
Umumnya
terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi monosit, yaitu
makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF
mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi
dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya,
makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap
sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi
PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan jenis makrofaga akan
ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon dari kelas
interferon dan kelas TNF. Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan
mengaktivasi monosit dan makrofaga untuk menjadi sel dendritik.
E.
Faktor
Lekosit Abnormal
Presentasi
dari sel-sel lekosit dapat memberikan informasi mengenai berbagai keadaan
penyakit. Jumlah absolut dari berbagai jenis sel-sel lekosit dapat memberi
petunjuk apakah terdapat penyakit sumsum tulang primer, atau apakah kelainan merupakan
suatu reaksi terhadap proses penyakit sekunder.
Peningkatan
jumlah lekosit di atas normal di sebut lekositosis, sedangkan penurunan jumlah
lekosit di bawah normal di sebut leukopenia. Variasi jumlah lekosit di
pengaruhi oleh :
1. Jumlah yang masuk peredaran darah dan yang keluar dari peredaran darah,
di pengaruhi oleh bakteri, endotoksin, besar pori dinding sinusoid, tingkat
maturasi sel;
2. Distribusinya;
3. Kombinasi antara jumlah dan distribusi.
Indikasi
di lakukannya pemeriksaan hitung lekosit adalah tes rutin sebagai bagian dari
tes darah lengkap (full blood count), untuk menentukan lekositosis atau
leukopenia, dan pemantauan penyakit atau pengobatan.
Kadar
sel darah putih atau leukosit yang terlalu tinggi atau leukositosis, bisa mengindikasikan:
1. Naiknya produksi leukosit guna melawan infeksi;
2. Reaksi obat-obatan;
3. Penyakit pada sumsum tulang, sehingga produksi leukosit menjadi
abnormal;
4. Gangguan sistem imun.
Sementara
kadar sel darah putih bisa juga turun di bawah normal (kurang dari 3.500 sel per
mikroliter darah) karena:
1. Infeksi virus;
2. Kelainan kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum tulang;
3. Kanker;
4. Gangguan autoimun;
5. Obat-obatan yang merusak sel darah putih.
Kenaikan jumlah lekosit (lekositosis) dapat di jumpai misalnya pada
infeksi, inflamasi, anemia, leukimia, reaksi leukemoid, nekrosis jaringan
(infark miokardial, sirosis hati, luka bakar, kanker organ, emfisema, ulkus
peptikum), penyakit kolagen, penyakit parasitik, stress (pembedahan, demam,
kekacauan emosional yang berlangsung lama), keadaan fisiologik (misalnya
latihan jasmani berat, akhir kehamilan, waktu partus, neonatus), dan lain-lain.
Pengaruh obat misalnya aspirin, heparin, digitalis, epinefrin, litium,
histamin, antibiotik (ampicilin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetrasiklin,
vankomisin, streptomisin), senyawa emas, prokainamid (pronestyl), triamteren
(dyrenium), alopurinol, kalium iodida, derivat hidantoin, sulfonamida (aksi
lama).
Penurunan jumlah lekosit (leukopenia) dapat di jumpai misalnya pada
penyakit hematopoietik (anemia aplastik, anemia pernisiosa, hipersplenisme,
penyakit graucher), infeksi virus, malaria, agranulositosis, alkoholisme,
systemic lupus erythematosus (SLE), demam tifoid, iradiasi, malnutrisi.
Pengaruh obat: penisilin, sefalotin, kloranfenikol, asetaminofen (Tylenol),
sulfonamida, propiltiourasil, barbiturat, obat anti kanker, diazepam (valium),
diuretik (furosemid [lasix], asam etakrinat [Edecrin]), klordiazepoksid
(librium), agen hipoglikemik oral, indometasin (indocin), metildopa (Aldomet),
rifampin, fenotiazin.
F.
Pemeriksaan
Hitung Lekosit
Hitung
lekosit menyatakan jumlah lekosit perliter darah (lesysteme international
d’Unites = SI Unit) atau per millimeter kubik atau mikroliter (unit
konvensional). Lekosit atau sel darah putih adalah sel yang bulat berinti
dengan ukuran 9 – 20 µm, jumlahnya sekitar 4.0 – 11.0 ribu/mm3
darah. Tempat pembentukannya di sumsum tulang dan jaringan limfatik. Lekosit
berasal dari sel bakal (stem cell) dan kemudian mengalami diferensiasi
(mengalami pematangan). Lekosit di angkut oleh darah ke berbagai jaringan tubuh
tempat sel-sel tersebut melakukan fungsi fisiologiknya.
Spesimen yang digunakan pada pemeriksaan hitung jumlah lekosit,
yaitu:
1.
Darah kapiler atau darah vena
EDTA;
2.
Tidak ada pembatasan asupan makanan
dan minuman pada penderita;
3.
Darah tidak boleh diambil pada
lengan yang terpasang jalur intra-vena.
Metode pemeriksaan hitung lekosit ada dua, yaitu cara manual dan cara
elektronik/otomik. Saat ini sudah banyak laboratorium yang menggunakan cara elektronik.
Tetapi banyak juga yang masih menggunakan cara manual.
1.
Cara Manual
Cara manual dilakukan dengan menghitung lekosit secara visual dengan
mikroskop. Darah terlebih dahulu diencerkan dengan larutan asam lemah dan
perhitungan dilakukan menggunakan bilik hitung (counting chamber). Kesalahan cara ini adalah sebesar 15%.
Prinsip dasar pemeriksaan manual, yaitu: darah diencerkan dengan asam
lemah, sel-sel selain lekosit akan dilisiskan dan darah menjadi encer sehingga
lekosit lebih mudah dihitung. Jumlah lekosit per mikroliter darah ditentukan
dengan menghitung sel-sel di bawah mikroskop dan kemudian mengalikannya dengan
menggunakan faktor pengali tertentu.
Peralatan dan Reagen yang digunakan pada pemeriksaan manual, yaitu:
a.
Mikroskop;
b.
Bilik hitung dengan kaca
penutupnya;
c.
Pipet Lekosit beserta karet
pembuluhnya. Dapat juga menggunakan mikropipet dengan tip-nya;
d.
Tabung reaksi;
e.
Pipet Pasteur;
f.
Larutan Turk yang berisi asam
asetat glacial 15 ml, gentian violet 1% 1 ml, dan aquades add 475 ml.
Cara kerja pemeriksaan manual Hitung Lekosit, yaitu:
a.
Mengencerkan darah dengan larutan
Turk;
b.
Pengenceran dapat menggunakan
pipet Thoma lekosit atau tabung, dalam contoh pemeriksaan ini, darah diencerkan
20 kali;
c.
Pengenceran dengan menggunakan
pipet lekosit:
1)
Pipet lekosit disiapkan, selang
karet dipasang pada salah satu ujung pipet yang berada di dekat bagian yang
bulat;
2)
Sampel darah dicampur baik-baik
hingga homogen kemudian diisap dengan pipet lekosit sampai skala 0,5. Darah
yang menempel di bagian luar ujung pipet dibersihkan dengan kertas tisu;
3)
Dilanjutkan menghisap reagen
sampai skala 11. Hindari terjadinya gelembung udara;
4)
Ujung pipet ditutup dengan ibu
jari dan lepaskan selang karet. Kemudian tutup salah satu ujung pipet dengan
ibu jari dan ujung pipet lainnya dengan jari tengah. Kocok tabung selama 2-3
menit supaya homogen. Letakkan pipet di atas meja dan biarkan selama 3-5 menit;
d.
Pengenceran dengan tabung:
1)
Ke dalam tabung reaksi yang bersih
dan kering diisi larutan Turk sebanyak 190 µl dengan menggunakan mikropipet;
2)
Sampel darah dicampur baik-baik
hingga homogen kemudian diisap dengan mikropipet 10 µl. Darah yang menempel di
bagian luar ujung tip pipet dibersihkan dengan kertas tisu;
3)
Tiupkan sampel darah tersebut ke
dalam larutan Turk yang telah disiapkan. Bilas pipet dengan cara mengisap dan
meniup larutan dengan beberapa kali sampai ujung tip pipet terlihat bersih;
4)
Tabung dikocok-kocok beberapa kali
supaya homogen. Letakkan tabung pada rak dan biarkan selama 3-5 menit.
e.
Mengisi bilik hitung dengan sampel
yang telah diencerkan:
1)
Periksa kebersihan permukaan area
perhitungan dan kaca penutup, jika terlihat kotor dibersihkan dulu;
2)
Letakkan kaca penutup sedemikian
rupa sehingga kedua bidang yang dibagi pada bilik hitung tertutup. Agar kaca
penutup dapat mudah melekat, kedua tanggul dibasahi sedikit dengan jari tangan
basah;
3)
Masukkan sampel yang telah
diencerkan ke dalam bilik hitung.
f.
Sampel yang diencerkan dengan
pipet lekosit:
1)
Kocok pipet supaya larutan sampel
homogen, lalu buang 3-4 tetes pertama;
2)
Posisikan ujung pipet pada tepi
permukaan bilik hitung dengan menyentuh pinggir kaca penutup;
3)
Biarkan tetesan larutan sampel
mengalir perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya. Cairan tidak boleh mengalir
ke alur bilik hitung.
g.
Sampel yang diencerkan dengan
tabung:
1)
Tabung dikocok-kocok beberapa kali
supaya homogen;
2)
Ambil larutan sampel dengan pipet
Pasteur kemudian teteskan ke dalam bilik hitung. Posisikan ujung pipet pada
tepi permukaan bilik hitung dengan menyentuh pinggir kaca penutup.
3)
Alirkan larutan sampel ke dalam
bilik hitung perlahan-lahan. Cairan tidak boleh mengalir ke alur bilik hitung.
4)
Letakkan bilik hitung pada tempat
yang rata, biarkan selama 2-3 menit unutk memberi kesempatan kepada lekosit
mengendap.
h.
Menghitung Lekosit:
1)
Meletakkan bilik hitung pada meja
preparat mikroskop, gunakan perbesaran 10x. Kurangi cahaya yang masuk dengan
menegcilkan diafragma;
2)
Pengamatan difokuskan pada
bidang-bidang bergaris dalam bilik hitung dan carilah lekosit;
3)
Lakukan penghitungan lekosit pada
4 bidang besar bilik hitung. Semua sel yang menempel garis batas sebelah kiri
dan atas dihitung, sedangkan semua sel yang menempel garis batas sebelah kanan
dan bawah tidak dihitung;
4)
Seluruh sel lekosit yang ditemukan
dalam 4 kotak besar dicatat kemudian dilakukan penghitungan menggunakan
rumus-rumus yang ada untuk menentuka jumlah lekosit permilimeter kubik (mm3)
atau mikroliter (µl) darah;
5)
Jika jumlah sel terlalu rendah,
perlu dilakukan penghitungan lagi dengan pengenceran yang diperkecil.
Sebaliknya, jika jumlah sel terlalu tinggi, naka pengenceran diperbesar, jika
pengenceran menggunakan pipet Thoma Lekosit, maka dapat diganti dengan pipet
eritrosit.
2.
Cara Elektronik
Cara elektronik dewasa ini telah banyak dilakukan dengan menggunakan
sebuah mesin penghitung sel darah (hematology
analyzer). Prinsip dasar digunakan yaitu impedansi (resistensi elektrik)
dan pembauran cahaya (light scattering/optical scatter). Prinsip impedansi
didasarkan pada deteksi dan pengukuran perubahan hambatan listrik yang
dihasilkan oleh sel-sel darah saat mereka melintasi sebuah flow cell yang
dilalui cahaya. Hasil hitung lekosit dengan analyzer ditampilkan pada lembar
hasil sebagai WBC (White Blood Cell).
Penggunaan cara elektronik dengan alat penghitung sel darah lebih
menguntungkan karena mampu menghitung sel dalam jumlah yang jauh lebih besar,
menghemat waktu dan tenaga serta hasil cepat diterima oleh klinisi untuk
kepentingan terapi pada pasien. Namun harga tersebut mahal, prosedur pemakaian
dan pemeliharaannya harus dilakukan dengan sangat cermat. Disamping itu upaya
penjaminan mutu juga harus selalu dilakukan.
G. Sumber Kesalahan Pemeriksaan
Lekosit
Sumber kesalahan yang sering terjadi pada saat pemeriksaan hitung lekosit,
yaitu:
1.
Tahap Pra-analitik
a.
Puasa
Dua jam setelah makan 800 kalori volume plasma akan meningkat,
sebaliknya setelah gerak badan volume akan berkurang. Perubahan volume plasma
tersebut akan menyebabkan perubahan jumlah sel/ml darah maupun susunan plasma.
b.
Obat
Penggunaan obat-obatan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi,
misalnya adrenalin secara intravena, akan meningkatkan jumlah lekosit.
c.
Posisi Waktu Pengambilan
Perubahan posisi waktu berbaring menjadi berdiri akan mengurangi volume
darah, sebaliknya perubahan posisi berdiri menjadi berbaring akan meningkatkan
volume darah sebanyak 10-15 %.
d.
Alat
Dalam penggunaan alat pembendung harus hati-hati, karena pembendung
yang terlalu lama akan menyebabkan hemokonsentrasi yang mengakibatkan perubahan
susunan darah yang diperoleh. Penampungan sampel yang terkontaminasi atau tidak
tertutup rapat.
2.
Tahap Analitik
Pada tahap ini kesalahan dapat berasal dari alat dan kesalahan teknik.
Kesalahan pada alat disebabkan volume tidak tetap karena pipet tidak
dikalibrasi, penggunaan kamar hitung yang dikotor, basah dan tidak menggunakan
kaca penutup khusus. Sedangkan kesalahan pada teknik meliputi volume darah
tidak tepat, tidak terjadi pencampuran yang homogen antara darah dan anti
koagulan, mengisi kamar hitung secara tidak benar.
3.
Pasca Analitik
Kesalahan pada tahap ini sifatnya kesalahan administrasi misalnya salah
menuliskan hasil
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lekosit (White Blood Cell)
adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih berfungsi
untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Nilai normal Lekosit berbeda-beda pada
masing-masing umur manusia. Untuk terbentuknya Lekosit terdapat proses
terjadinya pembentukan Lekosit tersebut, terdapat dua proses pembentukan
Lekosit, yaitu: Granulopoeisis, Limfopoesis.
Berdasarkan
terdapatnya butiran atau granula dalam sitoplasmanya, lekosit terbagi menjadi
dua, yaitu : Granulosit (Eosinofil, Basofil, Neutrofil) dan Agranulosit
(Limfosit dan Monosit).
Kadar
sel darah putih atau leukosit dapat dipicu karena naiknya produksi leukosit
guna melawan infeksi, reaksi obat-obatan, penyakit pada sumsum tulang, sehingga
produksi leukosit menjadi abnormal, gangguan sistem imun, infeksi virus, kelainan
kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum tulang, kanker, Gangguan autoimun,
dan obat-obatan yang merusak sel darah putih. Metode pemeriksaan hitung lekosit
ada dua, yaitu cara manual dan cara elektronik/otomik. Prosedur Kerja Pemeriksaan
Hitung Lekosit, yaitu membuat pengenceran, mengisi kamar hitung, dan menghitung
jumlah sel.
Sumber
kesalahan yang sering terjadi pada saat pemeriksaan hitung lekosit, yaitu:
Tahap Pra-analitik, Analitik dan Pasca Analitik
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap kepada mahasiswa agar lebih
memahami tentang cara menghitung Lekosit agar kesalahan diagnosis dapat
dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Sutedjo, AY. 2008. Mengenal
Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan
Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia dan Kanal Media.
World Health Organization. 2003. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tjokronegoro, Arjatmo & Utama, Hendra. 1992. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Sederhana. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 1992. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
0 Response to "Makalah Hitung Leukosit"
Post a Comment