BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang
menetapkan batas aman dari bahan kimia. Selain itu toksikologi juga mempelajari kerusakan atau cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia)
yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi,
mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organism
Alkohol adalah
deriva dan hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai cabang dari
alifatik hirokarbon. Pada umumnya semakin panjang rantai karbon maka semakin
tinggi daya toksisitasnya. Tapi ada pengecualian dalam teori ini ialah metanol
lebih toksi daripada etanol. Dihidroksi alkohol disebut juga glikol (dari asal
kata glyc atau glykol yang artinya manis) ini mencerminkan rasa dari gikol yang
terasa manis. Dihidraksi etan juga etilen glikol adalah merupakan bentuk
sederhana dari glikol. Etilen glikol ini jg merupakan cairan anti beku dan
merupakan cairan yang toksik. Glikol jenis lain ialah trihidroksipropan
(propilen glikol). Penyalahgunaan alkohol adalah lazim namun sering kali kondisisnya tidak
diakui pada lansia. Penyalahgunaan alkohol di alami 50-75%
alkoholik lansia. Alkoholik biasanya mulai menjadi penyalahgunaan pada saat
lansia berumur tiga puluhan dan empat puluhan. Mereka menjadi peminum reaktif
yang mulai minum akibat dari stres dan kehilangan yang berhubungan dengan
penuaan.
Di Indonesia penggunaan alkohol oleh
masyarakat umum lebih sering dalam bentuk minuman keras yang makin marak.
Terutama di kota-kota besar, pemakaian alkohol tidak lagi mengenal usia, status
dan jenis kelamin lagi. Ini membuat khawatir berbagai pihak. Belakangan ada
minuman beralkohol yang sering juga di sebut “minuman keras oplosan” yang sudah
di campur berbagai zat lainnya, yang akan menganggu sistem kerrja organ tubuh. Untuk mampu menyadarkan masyarakat akan bahaya dari
penggunaan alkohol di luar arahan dari tenaga kesehatan perlu ada pihak-pihak
tertentu untuk dapat memberikan ketegasan dan kejelasan dari penggunaan
alkohol. Alkohol yang paling sering di jumpai dalam bentuk minuman ini akan
menghilangkan kesadaran si peminum yang sering juga disebut “mabuk” ini,
sehingga seseorang akan bersikap dan bertindak tidak sewajarnya
B.
Rumusan Masalah
Dari Latar
Belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apa Pengertian Alkohol?
2.
Apa Sumber dari Alkohol?
3.
Bagaimana Mekanisme Toksisitas Alkohol?
4.
Apa Gejala Klinis yang Ditimbulkan dari Alkohol?
5.
Apa Dampak yang Ditimbulkan dari Alkohol?
6.
Bagaimana Metode Pemeriksaan Alkohol?
7.
Apa Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan alkohol?
C.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini, yaitu:
1.
Untuk Mengetahui Pengertian Alkohol;
2.
Untuk Mengetahui Sumber dari Alkohol;
3.
Untuk Mengetahui Mekanisme Toksisitas Alkohol;
4.
Untuk Mengetahui Gejala Klinis yang Ditimbulkan dari
Alkohol;
5.
Untuk Mengetahui Dampak yang Ditimbulkan dari Alkohol;
6.
Untuk mengetahui Metode Pemeriksaan Alkohol;
7.
Untuk Mengetahui Sampel yang digunakan untuk Pemeriksaan
Alkohol.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol,
yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung
alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan
dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu
juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan
adalah etanol.
Alkohol adalah derivat dari hidroksi
yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai cabang dari alifatik hidrokarbon.
Bentuk rantai alkohol yang sering ditemukan adalah yang mengandung tiga gugus
hidroksil dengan ikatan satu gugus hidroksi dalam satu rantai karbon. Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang
terikat pada karbon hibridisasi sp3. Rumus kimia umum
alkohol adalah CnH2n+1OH’.
Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan
akhiran “e” dan diganti dengan “ol”, contohnya metana
menjadi metanol dan etana
menjadi etanol. Ketika dibutuhkan, posisi dari gugus
hidroksil dapat diketahui dari nomor diantara nama alkana dan “ol”: 1-propanol untuk CH3CH2CH2OH,
2-propanol
untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada gugus fungsi yang lebih
tinggi (seperti aldehida, keton,
atau asam
karboksilat, maka
awalannya adalah “hidroksi”,contohnya: 1-hidroksi-2-propanon (CH3COCH2OH).
Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier,
tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang berikatan dengan atom
karbon yang juga mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai rumus umum
RCH2OH; alkohol sekunder rumus umumnya RR’CHOH; dan alkohol tersier
rumus umumnya RR’R”COH, dimana R, R’, dan R” melambangkan gugus alkil. Metanol,
etanol dan n-propil
alkohol adalah contoh alkohol primer; isopropil alkohol adalah contoh alkohol
sekunder. Penggunaan awalan sek–
(atau s-) dan tert– (atau t-), biasanya ditulis
dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama gugus alkil untuk membedakan
alkohol sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer. Contohnya, isopropil
alkohol juga dapat disebut sek-propil
alkohol, dan alkohol tersier (CH3)3COH, atau
2-metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-butil alkohol atau tert-butanol.
Jenis alkohol lainnya ialah alkohol
yang mengandung lebih dari satu gugus hidroksi dalam satu atom karbon. Jenis
alkohol yang kedua inilah yang bersifat toksik yaitu ethanol (ethyl alkohol),
methanol (methyl alkohol) dan isipropanol (isoprophyl alkohol). Pada umumnya
semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi daya toksisitasnya. Tetapi
ada kekecualian dalam teori ini ialah methanol lebih toksik daripada ethanol.
B. Sumber Alkohol
Alkohol banyak terdapat dalam berbagai minuman dan sering
menimbulkan keracunan. Keracunan alkohol menyebabkan penurunaan daya reaksi
atau kecepatan, kamampuan untuk menduga jarak dan keterampilan mengemudi
sehingga cendrung menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan, pabrik, dan
sebagainya. Penurunan kemampuan untuk mengontrol diri dan hilangnya kapasitas
untuk berpikir kritis mungkin menimbulkan tindakan yang melanggar hukum seperti perkosaan, penganiayaan, kejahatan
lain ataupun tindakan bunuh diri.
Alkohol terdapat dalam berbagai minuman seperti: whisky, brandy,
rum, rodka, gin (mengandung 40% alkohol); wines (10-20%); beer dan ale (48%).
Alkohol (etanol) sintetik seperti air tape, tuak dan brem, dihasilkan dari
peragian secara kimia dan fisiologik. Bau alkohol murni tercium di udara bila
mencapai 4,5-10 ppm.
C.
Mekanisme Alkohol
Di balik kenikmatan sesaat setelah
konsumsi minuman beralkohol, tubuh akan mengalami serangkaian perubahan. Hal
ini karena alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan langsung diserap dan menyebar
melewati organ-organ tubuh melalui aliran darah, dan sisanya masuk ke saluran
pencernaan, mulai dari kerongkongan, lambung, sampai ke usus untuk dialirkan ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Jantung akan memompa darah bercampur
alkohol ini ke seluruh bagian tubuh, sampai ke otak. Baru terakhir, hati
(liver) akan membakar atau menghancurkan alkohol dibantu dengan enzim khusus
untuk dikeluarkan melalui air seni dan keringat. Alkohol mengganggu
keseimbangan antara eksitantasi dan inhibisi di otak, ini terjadi karena
penghambatan atau penekanan saraf perangsangan. Sejak lama diduga efek depresi
alcohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membran iipid. Efek alcohol
terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfoliid dan
kolesterol di membran tidak seragam. Data eksperimental menyokong dugaan
mekanisme kerja alcohol di SSP serupa barbiturate.
Etanol adalah bahan cairan yang telah
lama digunakan sebagai obat dan merupakan bentuk alkohol yang terdapat dalam
minuman keras seperti bir, anggur, wiskey maupun minuman lainnya. Etanol
merupakan cairan yang jernih tidak berwarna, terasa membakar pada mulut maupun
tenggorokan bila ditelan. Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat
potensial untuk menghambat sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas sistem
retikular. Aktifitas dari etanol sangat kuat dan setara dengan bahan anastetik
umum. Tetapi toksisitas etanol relatif lebih rendah daripada metanol ataupun
isopropanol. Secara pasti mekanisme toksisitas etanol belum banyak diketahui.
Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh langsung pada
membran saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf). Pada
daerah membran tersebut etanol mengganggu transport ion. Pada penelitian
invitro menunjukkan bahwa ion Na+, K+, ATP ase dihambat
oleh etanol. Pada konsentrasi 5 – 10% etanol memblok kemampuan neuron dalam
impuls listrik, konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi
etanol dalam sistem saraf pusat secara invivo.
Pengaruh etanol pada sistem saraf
pusat berbanding langsung dengan konsentrasi etanol dalam darah. Daerah otak
yang dihambat pertama kali ialah sistem retikuler aktif. Hal tersebut
menyebabkan terganggunya sistem motorik dan kemampuan dalam berpikir. Disamping
itu pengaruh hambatan pada daerah serebral kortek mengakibatkan terjadinya
kelainan tingkah laku. Gangguan kelainan tingkah laku ini bergantung pada
individu, tetapi pada umumnya penderita turun daya ingatnya. Gangguan pada
sistem saraf pusat ini sangat bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek
yang terganggu dan merambat ke bagian medulla.
1.
Mekanisme
Absorpsi dan Distribusi Alkohol dalam Tubuh
Alkohol diabsorpsi dalam jumlah yang
sedikit melalui mukosa mulut dan lambung. Sebagaian besar (80%) diabsorpsi di
usus halus dan sisanya diabsorpsi di kolon. Kecepatan absorpsi tergantung pada
takaran dan konsentrasi alkohol dalam minuman yang diminum serta vaskularisasi
dan motalitas dan pengisisan lambung dan usus. Bila konsentrasi optimal alkohol
diminum dan dimasukkan ke dalam lambung kosong, kadar puncak dalam darah 30-90
menit sesudahnya. Alkohol mudah berdifusi dan distribusinya dalam jaringan
sesuai dengan kadar air jaringan tersebut. Semakin hidrofil jaringan semakin
tinggi kadarnya. Biasanya dalam 12 jam telah tercapai kesimbangan kadar alkohol
dalam darah, usus, dan jaringan lunak. Konsentrasi dalam otak, sedikit lebih
besar dari pada dalam darah.
2.
Mekanisme
Metabolisme Alkohol di dalam
Tubuh
Alkohol yang dikonsumsi 90% akan
dimetabolisme oleh tubuh terutama dalam hati oleh enzim alkoholdehidrogenase
(ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-dinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan
kemudian oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat.
Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Piruvat,
levulosa (fruktosa), gliseraldehida (metabolit dari levulosa) dan alanina akan
mempercepat metabolisme alkohol.
Sebenarnya di dalam tubuh ditemukan
juga mekanisme pemecahan alkohol yang lain, yaitu hydrogen peroksida katalase
dan sistem oksidasi etanol mikrosomal, namun kurang berperan. Kadar alkohol
darah kemudian akan menurun dengan kecepatan yang sangat bervariasi (12-20 mg%
per jam), biasanya penurunan kadar tersebut dianggap rata-rata 15 mg% atau 14
mg% setiap jam. Pada alkohol kronik, yang telah dipercepat metabolismenya, eliminasi
alkohol dapat mencapai 40 mg% per jam.
Hepatosit memiliki tiga jalur
metabolisme alkohol, yang masing-masing terletak pada bagian yang berlainan,
diantaranya yaitu :
a.
Jalur
Alkohol Dehidrogenase (ADH)
Jalur yang terletak pada sitosol atau
bagian cair dari sel. Dalam keadaan fisiologik, ADH memetabolisir alkohol yang
berasal dari fermentasi dalam saluran cerna dan juga untuk proses dehidrogenase
steroid dan omega oksidasi asam lemak. ADH memecah alkohol menjadi hidrogen dan
asetaldehida, yang selanjutnya akan diuraikan menjadi asetat. Asetat akan
terurai lebih lanjut menjadi H2O dan CO2.
b.
Jalur
Microsomal Ethanol Oxydizing System (MEOS)
Jalur yang terletak dalam retikulum
endoplasma. Dengan pertolongan tiga komponen mikrosom yaitu sitokrom P-450,
reduktase, dan lesitin, alkohol diuraikan menjadi asetaldehida.
c.
Jalur
Enzim Katalase
Jalur yang terdapat dalam peroksisom
(peroxysome). Hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme alkohol dapat mengubah
keadaan redoks, yang pada pemakaian alkohol yang lama dapat mengecil. Perubahan
ini dapat menimbulkan perubahan metabolisme lemak dan karbohidrat, mungkin
menyebabkan bertambahnya jaringan kolagen dan dalam keadaan tertentu dapat
menghambat sintesa protein.
Perubahan redoks menimbulkan perubahan
dari piruvat ke laktat yang menyebabkan terjadinya hiperlaktasidemia. Bila
sebelumnya sudah terdapat kadar laktat yang tinggi karena sebab lain, bisa
terjadi hiperurikemia. Serangan kejang pada delirium tremens juga meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Pada pasien gout, alkohol dapat meningkatkan
produksi asam urat sehingga kadarnya dalam darah makin meningkat. Meningkatnya
rasio NADH/NAD akan meningkatkan pula konsentrasi alfa gliserofosfat yang akan
meningkatkan akumulasi trigliserida dengan menangkap asam lemak dalam hepar.
(NAD= Nicotinamide Adenine Dinucleotide; NADH = reduced NAD.) lemak dalam hepar
berasal dari tiga sumber: dari makanan, dari jaringan lemak yang diangkut ke
hepar sebagai Free Fatty Acid (FFA), dan dari hasil sintesis oleh hepar sendiri.
Oksidasi alkohol dalam hepar menyebabkan berkurangnya oksidasi lemak dan
meningkatnya lipogenesis dalam hepar.
3.
Ekskresi
Alkohol yang dikonsumsi 10% akan
dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui urin, keringat dan udara napas. Dari
jumlah ini sebagian besar dikeluarkan
melalui urin (90%).
D. Gejala Klinis Alkohol
No
|
Gejala klinis
|
Konsentrasi alkohol dalam darah (%)
|
Bagian otak yang terkena
|
1
|
Ringan
·
Penglihatan menurun
·
Reaksi lambat
·
Kepercayaan diri meningkat
|
0,005 – 0,10
|
·
Lobus depan
|
2
|
Sedang
·
Sempoyongan
·
Berbicara tidak menentu
·
Fungsi saraf motorik menurun
·
Kurang perhatian
·
Diplopia
·
Gangguan persepsi
·
Tidak tenang
|
0,15 – 0,30
|
·
Lobus parietal
·
Lobus ocipitalis
·
Serebellum
|
3
|
Berat
·
Gangguan penglihatan
·
Depresi
·
Stupor
|
0,30 – 0,50
|
·
Lobus ocipitalis
·
Serebellum
·
Diencephalon
|
4
|
Koma
·
Kegagalan pernafasan
|
0,50
|
·
Medulla
|
E.
Dampak Alkohol
Bila seseorang mengkonsumsi minuman yang mengandung
alkohol, zat tersebut diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh
jaringan tubuh, yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang ada di dalam
tubuh. Dan konsumsi alkohol yang berlebihan selama jangka waktu yang panjang
memiliki efek buruk pada hampir setiap organ dan sistem tubuh, yaitu :
1.
Otak : Mengkerutkan jaringan otak dan merusak sel-sel otak.
2.
Mulut dan tenggorokan : 50% kanker di daerah ini berhubungan dengan alkohol.
3.
Paru-paru : Mengganggu protein yang mengakibatkan keluarnya cairan tubuh pada rongga paru-paru.
4.
Jantung : Meningkatkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
5.
Hati : Organ utama yang terlibat dalam menetralisir alkohol, konsumsi berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.
6.
Lambung : Menyebabkan ekskresi asam lambung berlebihan.
7.
Ginjal : Mengganggu kemampuan ginjal untuk mengatur cairan
tubuh, keseimbangan asam - basa, hormone tertentu,dan mineral.
8.
Pankreas : Mengurangi jumlah enzim pencernaan.
9.
Usus halus dan usus besar : Kerusakan sel-sel lapisan usus, mem-blok penyerapan, dan merusak nutrisi.
F.
Metode Pemeriksaan
Nilai rujukan untuk pemerisaan alkohol
serum/plasma :
1.
0,00% : menunjukan
normal atau tidak ada alcohol
2.
<0,05%
atau 50 mg/dl : tidak
ada pengaruh alkohol yang berarti
3. 0,05-0,10% atau 50-100mg/dl : ada pengaruh alcohol
4. 0,10-0,15% atau 100-150mg/dl : dipengaruhi
waktu reaksi
5. 0,15% atau 150 mg/dl : menunjukan
intoksikasi alcohol
6. 0,25% atau 250 mg/dl : intosikasi
alkohol berat
7. 0,30% atau 300mg/dl : koma
8. 0,40% atau 400mg/dl : fatal
yang berakibat kematian
Pemeriksaan alkohol dalam tubuh dapat
dilakukan dengan menggunakan metode-metode berikut :
1.
Gamma Glutamyltranferase
(GGT)
Biasanya sensitif dengan efek-efek alkohol. Nilai
diatas 24 U/L pada perempuan dan diatas 37 U/L pada laki-laki dapat
mengindikasikan penyalahgunaan alkohol.
Metode pemeriksaan untuk tes GGT
adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan menggunakan
spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang
digunakan berupa serum atau plasma heparin.
2.
Mean Cospular
Volume (MCV)
Rasio hitung sel darah merah (SDM) hematokrit,
mengindikasikan ukuran SDM dan membantu mendiagnosa anemia, akibat dari
alkoholisme. Nilai MCV yang normal adalah 80 sampai 96 µm³.
3. Pemeriksaan Darah
Dapat mengindikasikan malabsorbsi folat,vitamin B, dan
lemak (pada sekitar satu setengah dari penyalahgunaan alkohol).
4.
Test
Alkohol Cepat
Penggunaan
Tes-Alkohol-Cepat
ini ditujukan sebagai metode cepat untuk mendeteksi kadar alkohol dalam
saliva sebagaimana jika blood alcohol
concentration (BAC) melebihi kadar 0.02%. Telah dipublikasikan/dipahami
sebelumnya bahwa konsentrasi alkohol dalam saliva hampir setara dengan
konsentrasi alkohol dalam darah. Tes cepat ini ditujukan sebagai
semi-kwantisasi alkohol ethyl dalam saliva manusia.
Prinsip Tes-Alkohol-Cepat ini didasarkan pada
spesifisitas tinggi dari alcohol
oxidase (ALOx) bagi alkohol ethyl dalam kehadiran peroxidase dan enzim
substrasi seperti tetramethylbenzidine (TMB). Warna yang berbeda pada pad
reaktif dapat diobservasi kurang dar 20 detik setelah ujungnya mengalami kontak
dengan sampel saliva dengan konsentrasi alkohol ethyl yang melebihi 0,02%.
Harus diketahui bahwa jenis alkohol lain seperti: methyl, propanyl dan allyl
akan menghasilkan warna yang sama pada pad reaktif. Walaupun demikian,
alkohol-alkohol jenis ini biasanya tidak terdapat pada saliva.
G.
Sampling
Sampel
yang digunakan untuk pemeriksaan alkohol dalam tubuh yaitu berupa darah dan saliva. Berikut adalah cara pengumpulan
sampel-sampel tersebut
:
1.
Persiapan dan Pengumpulan Sampel
a.
Jangan
memberikan apapun kedalam mulut orang yang sedang diperiksa paling tidak 10
menit sebelum pengumpulan saliva. Ini termasuk makanan, minuman, produk
tembakau dan bahan yang lain.
b.
Kumpulkan
spesimen saliva dalam mangkuk untuk air liur/ sputum atau kedalam wadah yang
bersih, atau langsung dioleskan pada pad reaksi dari strip tes.
c.
Hindari
kontak dengan kulit dengan menggunakan sarung tangan dan pakaian laboratorium
yang layak.
2.
Pengumpulan Sampel Darah
a.
Alat-alat
yang diperlukan disiapkan diatas meja.
b.
Keadaan
pasien diperiksa, diusahakan pasien tenang begitu pula petugas (Phlebotomis).
c.
Ditentukan
vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang tidak terlihat
dibantu dengan palpasi.
d.
Daerah vena
yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya peradangan,
dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil pemeriksaan.
e.
Tempat
penusukan didesinfeksi dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering.
f.
Tourniquet
dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari lipatan
tangan.
g.
Tegakkan
kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.
h.
Dengan
lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o – 60o sampai
ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya tekanan dan
masuknya darah keujung semprit.
i.
Holder
ditarik perlahan-lahan sampai volume darah mencapai 6 – 10 cc.
j.
Torniquet
dilepas, kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri,
lalu jarum ditarik.
k.
Pasien
diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 – 2 menit dan setelah itu bekas
luka tusukan diberi plester hansaplast.
l.
Jarum
ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam tabung bertutup merah. Dapat pula menggunakan
tabung bertutup hijau, ungu atau biru. Cegah hemolisis.
m.
Tulis tanggal dan waktu
pengambilan pada tabung spesimen dan formulir
laboratorium.
Cantumkan pula tanda tangan dari petugas pengambil darah dan saksi pada tabung
spesimen.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Alkohol
adalah derivat dari hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai
cabang dari alifatik hidrokarbon. Alkohol terdapat dalam
berbagai minuman seperti: whisky, brandy, rum, rodka, gin (mengandung 40%
alkohol); wines (10-20%); beer dan ale (48%). Alkohol (etanol) sintetik seperti
air tape, tuak dan brem, dihasilkan dari peragian secara kimia dan fisiologik.
Bau alkohol murni tercium di udara bila mencapai 4,5-10 ppm.
Alkohol
mengganggu keseimbangan antara eksitantasi dan inhibisi di otak, ini terjadi
karena penghambatan atau penekanan saraf perangsangan. Sejak lama diduga efek
depresi alcohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membran iipid. Efek
alcohol terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfoliid
dan kolesterol di membran tidak seragam. Data eksperimental menyokong dugaan
mekanisme kerja alcohol di SSP serupa barbiturate.
Gejala yang ditimbulkan akibat mengonsumsi alkohol, yaitu
Penglihatan menurun, Reaksi lambat, Kepercayaan diri meningkat, Sempoyongan, Berbicara tidak menentu Penglihatan
menurun, Reaksi lambat, Kepercayaan
diri meningkat, Fungsi saraf motorik menurun, Kurang perhatian, Diplopia, Gangguan persepsi, Tidak tenang, Gangguan penglihatan, Depresi, Stupor, dan Kegagalan pernafasan.
Alkohol diserap oleh lambung, masuk ke
aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh, yang mengakibatkan
terganggunya semua sistem yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan alkohol dalam tubuh dapat dilakukan dengan
menggunakan metode-metode berikut : Gamma
Glutamyltranferase (GGT), Mean Cospular Volume (MCV), Pemeriksaan Darah, dan Test Alkohol
Cepat. Sampel yang digunakan
untuk pemeriksaan alkohol dalam tubuh yaitu berupa darah dan saliva.
B.
Saran
Sebagai petugas
analis kesehatan haruslah dapat
mengetahui serta memahami tentang alkohol, baik dari pengertian, sumber,
mekanisme kerja alkohol dalam tubuh, gejala yang ditimbulkan, sampel serta
metode – metode pemeriksaan yang digunakan agar mampu menganalisis zat tersebut
sesuai dengan ketetapan yang ada, sehingga mendapatkan hasil yang akurat pada
akhir pemeriksaan, sehingga benar-benar dapat mengakakan diagnosa yang tepat.
0 Response to "Makalah Toksikologi Alkohol"
Post a Comment