BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung
sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat ump dalam rongga serosa perikardium
rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran
yang dilappisi mesontel dapat bergerak tampa geseran. Jumlah itu mungkin
bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh
gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis,dsb), sedangkan exudat
bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau
exudat bermaksud untuk menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapat
keterangan tentang causanya.
Transudat adalah cairan dalam
ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012
yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis,
merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke
dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
Eksudat adalah cairan radang
ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali
mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya
tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat
pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat merupakan substansi yang
merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa
nanah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari transudat dan
eksudat ?
2. Bagaimana proses pembentukan
transudat dan eksudat?
3. Bagaimana cara pemeriksaan transudat
dan eksudat?
4. Apa factor-faktor penyebab kesalahan
pada pemeriksaan transudat dan eksudat?
5. Bagaimana interprestasi hasil
pemeriksaan transudat dan eksudat?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian dari
transudat dan eksudat.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan
transudat dan eksudat.
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan
transudat dan eksudat.
4. Untuk mengetahui fakor-faktor
penyebab kesalahan pada pemeriksaan transudat dan eksudat.
5. Untuk mengetahui bagaimana
interprestasi hasil pemeriksaan transudat dan eksudat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Transudat dan Eksudat
Transudat adalah cairan dalam ruang
interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang
mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge
patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh
kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang
Rongga-rongga serosa dalam badan
normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat ump, dalam rongga
pericardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar
membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah
cairan itu dalam keadaan normal hamper tidak dapat diukur karena sangat
sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa
transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat
proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic
koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb),
sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan
antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu,
sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi
oleh pleura lainnya. Penyakit-penyakit yang menyertai transudat seperti pada
tabel 2. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura dikarenakan
penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab kematian utama
di Indonesia..
Pemeriksaan cairan badan yang
tersangka transudat atau exudat bermaksud untuk menentukan jenisnya dan
sedapat-dapatnya untuk mendapatkan keterangan tentang causanya.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular
dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4
mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun
sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan
molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular
sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat, merupakan substansi yang
merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa
nanah. Jadi…termasuk discharge yang patologis.
Eksudat terbentuk melalui membran
kapiler yang permeabilitasnya abnormal. Perubahan permeabilitas membran
disebabkan adanya peradangan pada pleura seperti infeksi atau keganasan.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi terbanyak di Indonesia dan nomor 3
terbanyak didunia setelah India dan Cina.
Komplikasi yang terjadi seperti
efusi pleura terjadi disebabkan keterlambatan diagnosis, kepatuhan penderita
dalam pengobatan, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan dan lain sebagainya
sehingga insidennya masih cukup tinggi. Demikian juga dengan keganasan,
biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut yang telah berkomplikasi pada organ
lainnya.
Jenis-jenis Transudat dan Eksudat
Jenis-jenis
eksudat terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1) Eksudat
non seluler,
Eksudat non seluler terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a.
Eksudat
serosa
Pada beberapa keadaan radang,
eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat
sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat
serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh
darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang
menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.
b.
Eksudat
fibrinosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari
cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat
nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya
terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable
dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh
eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
c.
Eksudat
musinosa (eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran
mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat
ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan
dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan
eksudat musin merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin
yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi
pemafasan bagian atas.
2)
Eksudat Seluler
Eksudat seluler terdiri dari:
a.
Eksudat
netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering
dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil polimorfonuklear
dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan protein kurang
mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat
purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering
menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan
dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang
kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara
haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi
netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut
suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.
Jadi
pus terdiri dari :
a.
neutrofil
pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
b.
hasil
pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
c.
eksudat
cair dari proses radang
d.
bakteri-bakteri
penyebab
e.
nekrosis
liquefactiva.
3) Eksudat
Campuran
Sering
terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan
sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri
dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri
dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
Fungsi Transudat Eksudat
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon
tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema
(transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang
oleh gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam
kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat
bertalian dengan salah satu proses peradangan.
B. Proses Pembentukan Transudat dan Eksudat
Mekanisme
terbentunya transudat dan eksudat yaitu :
Pergerakan alat-alat di dalam rongga
tersebut. Dalam keadaan normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan
cairan ekstravaskuler, disini terdapat keseimbangan antara tekanan koloid
osmotic plasma dan tekanan hidrostatik yang mendorong cairan kedalam jaringan
yang menyebabkan cairan tetap tinggal dalam pembuluh darah. Tetapi pada keadaan
patologis tertentu, misalnya:
1.
Tekanan
hidrostatik meningkat.
2.
Tekanan
koloid osmotik
3.
Kenaikan
filtrate kapiler dan protein spesifik
Keadaan-keadaan
tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan pengumpulan cairan di
ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air, elektrolit, dan kristaloid
akan berdifusi secara cepat melewati plasma darah, sehingga terjadi penumpukan
cairan, proses ini disebut dengan istilah ultrafiltrasi.
Eksudat
terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah. Eksudat terbentuk apabila lapisan kapiler atau
membrane rusak oleh proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya protein
berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar untuk masuk ke
jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan protein pada cairan
ini meningkat. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada:
1.
Sindroma
nefrotik
2.
Sirosis
hepatic
3.
Gagal
jantung
C. Cara
Pemeriksaan Transudat dan Eksudat
Pemeriksaan
untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
a.
Pemeriksaan makroskopis
b.
Pemeriksaan mikroskopis
c.
Pemeriksaan kimia
d.
Pemeriksaan bakterioskopi
a.
Pemeriksaan makroskopis
Pemeriksaan
makroskopis meliputi, yaitu :
1. Jumlah
Ukurlah
dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan
jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
2. Warna
Mungkin
sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu, merah,
putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah
yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus
putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya
kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih
melalui kuning sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan dan beratnya
radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna
transudat.
3. Kejernihan
Inipun
mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh.
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika
mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih
lanjtu sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik,
fibrineus, dll.
Kekeruhan
terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan
kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit
menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
4. Bau
Biasanya
baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau terjadi
pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin
menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
5. Berat
jenis
Harus
segera ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini
penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup,
penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya
memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut
memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
6. Bekuan
Perhatikan
terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat halus,
dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira
cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai
untuk pemeriksaan lain-lain.
b.
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan
mikroskopis yaitu sebagai berikut :
1) Hitung Jumlah Sel Lekosit
Metode :
Kamar
hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.
Tujuan
:
Untuk
menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan
tubuh tersebut transudat atau eksudat.
Prinsip :
Jumlah sel lekosit
dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan
pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.
Alat :
·
Mikroskop
·
Kamar Hitung Improved Neubauer atau fucsh rosental
·
Pipet Lekosit
·
Kaca Penutup
Reagensia :
·
Larutan pengencer NaCl 0,9 %
·
Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril.
Prosedur Kerja :
1. Sampel didapat dengan
mengadakan pungsi dan campur dengan anticoagulant
2. Kocok dahulu sampel
yang akan diperiksa supaya homogeny
3. Pipet NaCl 0,9 %
dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat
4. Pipet sampel sampai
tanda 11 tepat
5. Kocok agar sampel dan
larutan tercampur sempurna
6. Bila segera dihitung
buang beberapa tetes larutan dan teteskan pada kamar hitung. Biarkan mengendap
2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan
pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar.
Menghitung
jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan
manfaat.
Jikalau
sekiranya diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi di
campur dengan anticoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml
cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.
Sel yang
dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel
mesotel, sel plasma, dsb.0 saja. Menghitung jumlah erytrosit jarang sekali
dilakukan karena tidak bermakna.
2) Menghitung jumlah
leukosit
Kalau
cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah leukosit.
Tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak
keruh saja.
Pada cairan jernih pakailah
pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah leukosit dalam cairan otak.
Untuk cairan yang agak keruh, pilihlah pengenceran yang sesuai.
Bahan
pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk, Karen cairan turk
itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.
Cairan
yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. semakin
tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
3) Menghitung jenis sel
Menghitung jenis sel biasanya hanya membedakan dua golongan
jenis sel yaitu golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan nama
“limfosit” dan golongan sel polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit
ikut terhitung limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb.
Perbandingan banyak sel dalam golongan –golongan itu memberi
petunjuk kearah jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
Cara :
1. Sedian apus dibuat dengan cara
berlain-lainan tergantung sifat cairan itu :
·
jika
cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah
10-15 ml bahan. Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes
serum penderita sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu.
·
Kalau
cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai bahan
itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk
membuat sediaan tipis.
2. Pulaan sediaan itu dengan Giemsa
atau Wright.
3. Lakukan hitung jenis atas 100-300
sel. Hitung jenis itu hanya membedakan “limfosit” dari “segment” seperti telah
diterangkan.
Catatan :
Hasil
hitung jenis dapat memberikan keterangan tentang jenis radang yang menyertai
proses radang akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu
semakin bertambah “limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang menahun
menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan
sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel ganas sangat
penting. Sitodiagnostik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti
di atas, melainkan mewajibkan teknik khusus menurut Papanicolaou. Meskipun
teknik Papanicolaou tidak diterangkan di sini, perlu diketahui bahwa bahan yang
diperoleh tidak boleh membeku. Proses pembekuan hendaknya di cegah dengan
menggunakan EDTA atau heparin.
c.
Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan
kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam cairan itu.
Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yang
praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin.
Transudat mempunyai kadar glukosa sama sperti plasma, sedangkan eksudat
biasanya berisi kurang banyak glukosa teristimewa jika eksudat itu mengandung banyak
leukosit.
Protein
dalam transudat dan eksudat praktis hanya fibrinogen saja. Dalam transudat
kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam eksudat kadar
protein 4-6 g/dl.
Percobaan
Rivalta
Test yang
sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat dan eksudat
dengan cara amat sederhana.
Tujuan : Membedakan transudat dan
eksudat
Prinsip : Seromucin yang terdapat
dalam eksudat dan tidak terdapat dalam transudat akan bereaksi dengan asam
acetat encer membentuk kekeruhan yang nyata.
Cara kerja :
1. Kedalam becker glass 100 ml
dimasukkan 100 ml aquadest.
2. Tambahkan 1 tetes asam asetat
glacial dan campurlah.
3. Jatuhkan 1 tetes cairan yang
diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan.
4. Perhatikan tetesan itu bercampur dan
bereaksi dengan cairan yang mengandung asam asetat. ada tiga kemungkinan :
·
Tetesan
itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa menimbulkan kekeruhan sama
sekali. Hasil test adalah negative.
·
Tetesan
itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut halus. Hasil test
positive lemah.
·
Tetesan
itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam keadaan ekstrem
satu presipitat yang putih. hasil test positive .
Catatan :
Cara ini
berdasarkan seromucin yang terdapat dalam eksudat, tetapi tidak dalam
transudat. Percobaan ini hendaknya dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan
hasil yang dapat diandali.
Hasil
positive didapat pada cairan yang bersifat eksudat. Transudat biasanya
menjadikan test ini positive lemah. Kalau transudat sudah beberapa kalii
dispungsi, maka transudatpun mungkin menghasilkan kekeruhan serupa yang dari
eksudat juga. Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau
eksudat dalam arti klinik, menghasilkan test negative.
Kadar
protein
Menentukan
kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik dalam membedakan
transudat dari eksudat. Kadar protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5
g/dl sedangkan eksudat berisi lebih dari 4 g/dl. Penetapan ini tidak memerlukan
cara yang teliti.
Cara :
1. Tetapkan lebih dahulu berat jenis
cairan itu.
2. Klau berat jenis 1010 atau kurang,
adakanlah pengenceran 5-10 kali. Kalau berat jenis lebih dari 1010 buatlah
pengenceran 20 kali.
3. Lakukanlah penetapan menurut Esbach
dengan cairan yang telah diencerkan itu. Dalam memperhitungkan hasil terakhir
ingatlah pengenceran yang tadi dibuat.
Catatan :
Cara
Esbach telah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik. Pengenceran yang diadakan
itu bermaksud agar kadar protein dalam cairan yang diencerkan mendekati nilai 4
g/liter, ialah kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat
jenis cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan
memakai rumus :
(berat jenis – 1,007) x 343 = g
protein/100 ml cairan. Maka atas perhitungan itu
b.d. 1,010 sesuai dengan 1 g protein
per 100 ml
b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 g
protein per 100 ml
b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 g
protein per 100 ml
b.d. 1,025 sesuai dengan 6 g protein
per 100 ml.
Dalam rumus dan perhitungan di atas
berat jenis air sama dengan 1,000.
Zat
lemak
Transudat
tidak mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus. Dalam
eksudat mungkin didapat zat lemak, disebabkan oleh karena dinding kapiler dapat
ditembus olehnya. Keadaan itu sering dipertalikan dengan proses tuberculosis.
Kadang-kadang
dilihat cairan yang putih serupa susu. Dalam hal itu perlu mengetahui apakah
putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.
Cara :
1. Berilah larutan NaOH 0,1 N kepada
cairan sehingga menjadi lindi.
2. Lakukan ekstraksi dengan eter. Jika
cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan oleh chylus.
3. Jika tidak menjadi jernih, puutihnya
mungkin disebabkan oleh lecithin dalam keadaan emulsi. Untuk menyatakan
lecithin dilakukan test sebagai berikut :
·
Encerkanlah
larutan itu 5x dengan etilalkohol 95%
·
Panasilah
berhati-hati dlam bejana air. Kalau cairan menjadi jernih, putihnya disebabkan
oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah percobaan dengan :
·
Saringlah
cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas.
·
Filtratnya
ditampung dan diuapkan diatas air panas sampai volume menjadi sebesar semula
(sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi.
·
Kalau
menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti. Kekeruhan itu bertambah kalau
diberi sedikit air.
d. Pemeriksaan
Bakterioskopi
Pakailah sediaan
seperti dibuat untuk menghitungkan jenis sel dan pulaslah menurut Gram dan
menurut Ziehl-neelsen.
Metode : Gram
Prinsip :
Bakteri
gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat
oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak
akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna
merah dari fuksin
Kalau akan
mencari fungi, taruhlah satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek dan
campurlah dengan sama banyak larutan KOH (atau NaOH) 10%. Tutup dengan kaca
penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
D. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kesalahan Pemeriksaan Transudat dan Eksudat
Fakror-faktor
yang mempengaruhi kesalahan pemeriksaan transudat dan eksudat yaitu :
Transudat
murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin,
kekeruhan yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih lanjut
sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik,
fibrineus, dll
Kekeruhan pada transudat eksudat
terutama disebabkan oleh :
·
Leukosit
: Kekeruhan yang sangat ringan sampai dengan seperti bubur.
·
Eritrosit
: Kekeruhan berwarna kemerah-merahan
Adanya kekeruhan pada transudat
eksudat dinyatakan dengan :
1.
Serous
2.
Seropurulen
3.
Serosanguinis
4.
Putrid
5.
Purulent
6.
Serofibrinous
1.
Positif Palsu
Hasil positif palsu (false positif)
dapat terjadi bila sampel sifatnya terlalu basa atau encer.
2. Positif
Hasil positif didapatkan pada cairan yang bersifat eksudat,
dan transudat biasanya menjadikan test ini memberikan hasil positif lemah.
3. Negatif
Hasil test negative diperoleh jika pemeriksaan yang
dilakukan menggunakan cairan rongga badan yang normal, yaitu bukan transudat
dan eksudat
E.
Interprestasi
Hasil
Interprestasi
hasil pemeriksaan transudat dan eksudat yaitu :
- Pemeriksaan Makroskopis
a.
Warna
Transudat
: kuning muda
Eksudat
: bermacam macam tergantung dari penyebabnya
Hija = bilirubin
Merah = darah
Putih
kekuningan = pus
Putih
susu = chylus
Biru
kehijauan = bakteri pyogenes
b.
Bau
Transudat
: tidak khas
Eksudat
: bau busuk (infeksi bakteri).
c.
Kekeruhan
Transudat
: jernih
Eksudat
: agak keruh
d.
Berat
Jenis
Transudat
: 1006- 1015
Eksudat
: 1018 – 1030
e.
Bekuan
Transudat
: (-) tidak terjadi bekuan
Eksudat
: (+) terjadi bekuan
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a.
Hitung
Jumlah Sel Leukosit
Transudat
< 500 sel/ul
Eksudat
> 500 sel/ul
b.
Hitung
Jenis Sel Leukosit
Transudat
: Hanya sel mononuklear (limposit).
Eksudat
: Ditemukan sel mononukleaar dan PMN/segmen
c.
Pemeriksaan
Bakteriologi
Transudat
: Tidak ditemukan bakteri
Eksudat
: Ditemukan bakteri
4. Pemeriksaan Kimiawi
a.
Protein
kualitatif (Rivalta test)
Transudat
: (+) lemah
Eksudat
: (+) kuat
b.
Protein
kuantitatif (Esbach)
Transudat
: 2,5 g/dl
Eksudat
: 4 g/dl
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Transudat adalah cairan dalam ruang
interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang
mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular
dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4
mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun
sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan
molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular
sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Cara pemeriksaan transudat dan
eksudat terbagi atas empat macam yaitu pemeriksaan makroskopi, mikroskopi,
kimia, dan baterioskopi
B.
Saran
Diharapakan agar dapat mengetahui
apa yang dimasud dengan trasudat dan eksudat serta cara pemeriksaan transudat
dan eksudat
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata,R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik.
Jakarta:Dian Rakyat
0 Response to "Makalah Transudat Eksudat"
Post a Comment