Makalah Toksikologi Alkohol



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia. Selain itu toksikologi juga mempelajari kerusakan atau cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organism

Alkohol adalah deriva dan hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai cabang dari alifatik hirokarbon. Pada umumnya semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi daya toksisitasnya. Tapi ada pengecualian dalam teori ini ialah metanol lebih toksi daripada etanol. Dihidroksi alkohol disebut juga glikol (dari asal kata glyc atau glykol yang artinya manis) ini mencerminkan rasa dari gikol yang terasa manis. Dihidraksi etan juga etilen glikol adalah merupakan bentuk sederhana dari glikol. Etilen glikol ini jg merupakan cairan anti beku dan merupakan cairan yang toksik. Glikol jenis lain ialah trihidroksipropan (propilen glikol). Penyalahgunaan alkohol adalah lazim namun sering kali kondisisnya tidak diakui pada lansia. Penyalahgunaan alkohol di alami 50-75% alkoholik lansia. Alkoholik biasanya mulai menjadi penyalahgunaan pada saat lansia berumur tiga puluhan dan empat puluhan. Mereka menjadi peminum reaktif yang mulai minum akibat dari stres dan kehilangan yang berhubungan dengan penuaan.

Di Indonesia penggunaan alkohol oleh masyarakat umum lebih sering dalam bentuk minuman keras yang makin marak. Terutama di kota-kota besar, pemakaian alkohol tidak lagi mengenal usia, status dan jenis kelamin lagi. Ini membuat khawatir berbagai pihak. Belakangan ada minuman beralkohol yang sering juga di sebut “minuman keras oplosan” yang sudah di campur berbagai zat lainnya, yang akan menganggu sistem kerrja organ tubuh. Untuk mampu menyadarkan masyarakat akan bahaya dari penggunaan alkohol di luar arahan dari tenaga kesehatan perlu ada pihak-pihak tertentu untuk dapat memberikan ketegasan dan kejelasan dari penggunaan alkohol. Alkohol yang paling sering di jumpai dalam bentuk minuman ini akan menghilangkan kesadaran si peminum yang sering juga disebut “mabuk” ini, sehingga seseorang akan bersikap dan bertindak tidak sewajarnya

B.    Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.      Apa Pengertian Alkohol?
2.      Apa Sumber dari Alkohol?
3.      Bagaimana Mekanisme Toksisitas Alkohol?
4.      Apa Gejala Klinis yang Ditimbulkan dari Alkohol?
5.      Apa Dampak yang Ditimbulkan dari Alkohol?
6.      Bagaimana Metode Pemeriksaan Alkohol?
7.      Apa Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan alkohol?

C.    Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.    Untuk Mengetahui Pengertian Alkohol;
2.      Untuk Mengetahui Sumber dari Alkohol;
3.      Untuk Mengetahui Mekanisme Toksisitas Alkohol;
4.      Untuk Mengetahui Gejala Klinis yang Ditimbulkan dari Alkohol;
5.      Untuk Mengetahui Dampak yang Ditimbulkan dari Alkohol;
6.      Untuk mengetahui Metode Pemeriksaan Alkohol;
7.      Untuk Mengetahui Sampel yang digunakan untuk Pemeriksaan Alkohol.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.

Alkohol adalah derivat dari hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai cabang dari alifatik hidrokarbon. Bentuk rantai alkohol yang sering ditemukan adalah yang mengandung tiga gugus hidroksil dengan ikatan satu gugus hidroksi dalam satu rantai karbon. Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1OH’.

Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan akhiran “e” dan diganti dengan “ol”, contohnya metana menjadi metanol dan etana menjadi etanol. Ketika dibutuhkan, posisi dari gugus hidroksil dapat diketahui dari nomor diantara nama alkana dan “ol”: 1-propanol untuk CH3CH2CH2OH, 2-propanol untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada gugus fungsi yang lebih tinggi (seperti aldehida, keton, atau asam karboksilat, maka awalannya adalah “hidroksi”,contohnya: 1-hidroksi-2-propanon (CH3COCH2OH).

Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier, tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang berikatan dengan atom karbon yang juga mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai rumus umum RCH2OH; alkohol sekunder rumus umumnya RR’CHOH; dan alkohol tersier rumus umumnya RR’R”COH, dimana R, R’, dan R” melambangkan gugus alkil. Metanol, etanol dan n-propil alkohol adalah contoh alkohol primer; isopropil alkohol adalah contoh alkohol sekunder. Penggunaan awalan sek– (atau s-) dan tert– (atau t-), biasanya ditulis dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama gugus alkil untuk membedakan alkohol sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer. Contohnya, isopropil alkohol juga dapat disebut sek-propil alkohol, dan alkohol tersier (CH3)3COH, atau 2-metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-butil alkohol atau tert-butanol.

Jenis alkohol lainnya ialah alkohol yang mengandung lebih dari satu gugus hidroksi dalam satu atom karbon. Jenis alkohol yang kedua inilah yang bersifat toksik yaitu ethanol (ethyl alkohol), methanol (methyl alkohol) dan isipropanol (isoprophyl alkohol). Pada umumnya semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi daya toksisitasnya. Tetapi ada kekecualian dalam teori ini ialah methanol lebih toksik daripada ethanol.

B.    Sumber Alkohol

Alkohol banyak terdapat dalam berbagai minuman dan sering menimbulkan keracunan. Keracunan alkohol menyebabkan penurunaan daya reaksi atau kecepatan, kamampuan untuk menduga jarak dan keterampilan mengemudi sehingga cendrung menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan, pabrik, dan sebagainya. Penurunan kemampuan untuk mengontrol diri dan hilangnya kapasitas untuk berpikir kritis mungkin menimbulkan tindakan yang melanggar  hukum seperti perkosaan, penganiayaan, kejahatan lain ataupun tindakan bunuh diri.

Alkohol terdapat dalam berbagai minuman seperti: whisky, brandy, rum, rodka, gin (mengandung 40% alkohol); wines (10-20%); beer dan ale (48%). Alkohol (etanol) sintetik seperti air tape, tuak dan brem, dihasilkan dari peragian secara kimia dan fisiologik. Bau alkohol murni tercium di udara bila mencapai 4,5-10 ppm.

C.    Mekanisme Alkohol

Di balik kenikmatan sesaat setelah konsumsi minuman beralkohol, tubuh akan mengalami serangkaian perubahan. Hal ini karena alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan langsung diserap dan menyebar melewati organ-organ tubuh melalui aliran darah, dan sisanya masuk ke saluran pencernaan, mulai dari kerongkongan, lambung, sampai ke usus untuk dialirkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Jantung akan memompa darah bercampur alkohol ini ke seluruh bagian tubuh, sampai ke otak. Baru terakhir, hati (liver) akan membakar atau menghancurkan alkohol dibantu dengan enzim khusus untuk dikeluarkan melalui air seni dan keringat. Alkohol mengganggu keseimbangan antara eksitantasi dan inhibisi di otak, ini terjadi karena penghambatan atau penekanan saraf perangsangan. Sejak lama diduga efek depresi alcohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membran iipid. Efek alcohol terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfoliid dan kolesterol di membran tidak seragam. Data eksperimental menyokong dugaan mekanisme kerja alcohol di SSP serupa barbiturate.

Etanol adalah bahan cairan yang telah lama digunakan sebagai obat dan merupakan bentuk alkohol yang terdapat dalam minuman keras seperti bir, anggur, wiskey maupun minuman lainnya. Etanol merupakan cairan yang jernih tidak berwarna, terasa membakar pada mulut maupun tenggorokan bila ditelan. Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial untuk menghambat sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas sistem retikular. Aktifitas dari etanol sangat kuat dan setara dengan bahan anastetik umum. Tetapi toksisitas etanol relatif lebih rendah daripada metanol ataupun isopropanol. Secara pasti mekanisme toksisitas etanol belum banyak diketahui. Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh langsung pada membran saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf). Pada daerah membran  tersebut etanol mengganggu transport ion. Pada penelitian invitro menunjukkan bahwa ion Na+, K+, ATP ase dihambat oleh etanol. Pada konsentrasi 5 – 10% etanol memblok kemampuan neuron dalam impuls listrik, konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi etanol dalam sistem saraf pusat secara invivo.

Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan konsentrasi etanol dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah sistem retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku. Gangguan kelainan tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya penderita turun daya ingatnya. Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke bagian medulla.

1.      Mekanisme Absorpsi dan Distribusi Alkohol dalam Tubuh

Alkohol diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit melalui mukosa mulut dan lambung. Sebagaian besar (80%) diabsorpsi di usus halus dan sisanya diabsorpsi di kolon. Kecepatan absorpsi tergantung pada takaran dan konsentrasi alkohol dalam minuman yang diminum serta vaskularisasi dan motalitas dan pengisisan lambung dan usus. Bila konsentrasi optimal alkohol diminum dan dimasukkan ke dalam lambung kosong, kadar puncak dalam darah 30-90 menit sesudahnya. Alkohol mudah berdifusi dan distribusinya dalam jaringan sesuai dengan kadar air jaringan tersebut. Semakin hidrofil jaringan semakin tinggi kadarnya. Biasanya dalam 12 jam telah tercapai kesimbangan kadar alkohol dalam darah, usus, dan jaringan lunak. Konsentrasi dalam otak, sedikit lebih besar dari pada dalam darah.

2.      Mekanisme Metabolisme Alkohol di dalam Tubuh

Alkohol yang dikonsumsi 90% akan dimetabolisme oleh tubuh terutama dalam hati oleh enzim alkoholdehidrogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-dinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Piruvat, levulosa (fruktosa), gliseraldehida (metabolit dari levulosa) dan alanina akan mempercepat metabolisme alkohol.

Sebenarnya di dalam tubuh ditemukan juga mekanisme pemecahan alkohol yang lain, yaitu hydrogen peroksida katalase dan sistem oksidasi etanol mikrosomal, namun kurang berperan. Kadar alkohol darah kemudian akan menurun dengan kecepatan yang sangat bervariasi (12-20 mg% per jam), biasanya penurunan kadar tersebut dianggap rata-rata 15 mg% atau 14 mg% setiap jam. Pada alkohol kronik, yang telah dipercepat metabolismenya, eliminasi alkohol dapat mencapai 40 mg% per jam.

Hepatosit memiliki tiga jalur metabolisme alkohol, yang masing-masing terletak pada bagian yang berlainan, diantaranya yaitu :

a.      Jalur Alkohol Dehidrogenase (ADH)

Jalur yang terletak pada sitosol atau bagian cair dari sel. Dalam keadaan fisiologik, ADH memetabolisir alkohol yang berasal dari fermentasi dalam saluran cerna dan juga untuk proses dehidrogenase steroid dan omega oksidasi asam lemak. ADH memecah alkohol menjadi hidrogen dan asetaldehida, yang selanjutnya akan diuraikan menjadi asetat. Asetat akan terurai lebih lanjut menjadi H2O dan CO2.

b.      Jalur Microsomal Ethanol Oxydizing System (MEOS)

Jalur yang terletak dalam retikulum endoplasma. Dengan pertolongan tiga komponen mikrosom yaitu sitokrom P-450, reduktase, dan lesitin, alkohol diuraikan menjadi asetaldehida.

c.      Jalur Enzim Katalase

Jalur yang terdapat dalam peroksisom (peroxysome). Hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme alkohol dapat mengubah keadaan redoks, yang pada pemakaian alkohol yang lama dapat mengecil. Perubahan ini dapat menimbulkan perubahan metabolisme lemak dan karbohidrat, mungkin menyebabkan bertambahnya jaringan kolagen dan dalam keadaan tertentu dapat menghambat sintesa protein.

Perubahan redoks menimbulkan perubahan dari piruvat ke laktat yang menyebabkan terjadinya hiperlaktasidemia. Bila sebelumnya sudah terdapat kadar laktat yang tinggi karena sebab lain, bisa terjadi hiperurikemia. Serangan kejang pada delirium tremens juga meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Pada pasien gout, alkohol dapat meningkatkan produksi asam urat sehingga kadarnya dalam darah makin meningkat. Meningkatnya rasio NADH/NAD akan meningkatkan pula konsentrasi alfa gliserofosfat yang akan meningkatkan akumulasi trigliserida dengan menangkap asam lemak dalam hepar. (NAD= Nicotinamide Adenine Dinucleotide; NADH = reduced NAD.) lemak dalam hepar berasal dari tiga sumber: dari makanan, dari jaringan lemak yang diangkut ke hepar sebagai Free Fatty Acid (FFA), dan dari hasil sintesis oleh hepar sendiri. Oksidasi alkohol dalam hepar menyebabkan berkurangnya oksidasi lemak dan meningkatnya lipogenesis dalam hepar.


3.      Ekskresi

Alkohol yang dikonsumsi 10% akan dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui urin, keringat dan udara napas. Dari jumlah ini sebagian besar dikeluarkan melalui urin (90%).


D.    Gejala Klinis Alkohol
No
Gejala klinis
Konsentrasi alkohol dalam darah (%)
Bagian otak yang terkena
1
Ringan
·          Penglihatan menurun
·         Reaksi lambat
·         Kepercayaan diri meningkat


0,005 – 0,10

·         Lobus depan
2
Sedang
·         Sempoyongan
·         Berbicara tidak menentu
·         Fungsi saraf motorik menurun
·         Kurang perhatian
·         Diplopia
·         Gangguan persepsi
·         Tidak tenang


0,15 – 0,30


·         Lobus parietal
·         Lobus ocipitalis
·         Serebellum
3
Berat
·         Gangguan penglihatan
·         Depresi
·         Stupor

0,30 – 0,50



·         Lobus ocipitalis
·         Serebellum
·         Diencephalon
4
Koma
·          Kegagalan pernafasan


0,50


·         Medulla


E.     Dampak Alkohol

Bila seseorang mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, zat  tersebut diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh, yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang ada di dalam tubuh. Dan konsumsi alkohol yang berlebihan selama jangka waktu yang panjang memiliki efek buruk pada hampir setiap organ dan sistem tubuh, yaitu :

1.      Otak                                       :    Mengkerutkan jaringan otak dan merusak sel-sel otak.
2.      Mulut dan tenggorokan          :    50% kanker di daerah ini berhubungan dengan alkohol.
3.      Paru-paru                               :    Mengganggu protein yang mengakibatkan keluarnya cairan tubuh pada rongga paru-paru.
4.      Jantung                                  :    Meningkatkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
5.      Hati                                         :    Organ utama yang terlibat dalam menetralisir alkohol, konsumsi berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.
6.      Lambung                                :    Menyebabkan ekskresi asam lambung berlebihan.
7.      Ginjal                                      :    Mengganggu kemampuan ginjal untuk mengatur cairan tubuh, keseimbangan asam - basa, hormone tertentu,dan mineral.
8.      Pankreas                                :    Mengurangi jumlah enzim pencernaan.
9.      Usus halus dan usus besar    :    Kerusakan sel-sel lapisan usus, mem-blok penyerapan, dan merusak nutrisi.


F.     Metode Pemeriksaan

Nilai rujukan untuk pemerisaan alkohol serum/plasma :
1.      0,00%                                          :    menunjukan normal atau tidak ada alcohol
2.      <0,05% atau 50 mg/dl                 :    tidak ada pengaruh alkohol yang berarti
3.      0,05-0,10% atau 50-100mg/dl    :    ada pengaruh alcohol
4.      0,10-0,15% atau 100-150mg/dl  :    dipengaruhi waktu reaksi
5.      0,15% atau 150 mg/dl                 :    menunjukan intoksikasi alcohol
6.      0,25% atau 250 mg/dl                 :    intosikasi alkohol berat
7.      0,30% atau 300mg/dl                  :    koma
8.      0,40% atau 400mg/dl                  :    fatal yang berakibat kematian

Pemeriksaan alkohol dalam tubuh dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode berikut :


1.      Gamma Glutamyltranferase (GGT)

Biasanya sensitif dengan efek-efek alkohol. Nilai diatas 24 U/L pada perempuan dan diatas 37 U/L pada laki-laki dapat mengindikasikan penyalahgunaan alkohol.

Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.

2.      Mean Cospular Volume (MCV)

Rasio hitung sel darah merah (SDM) hematokrit, mengindikasikan ukuran SDM dan membantu mendiagnosa anemia, akibat dari alkoholisme. Nilai MCV yang normal adalah 80 sampai 96 µm³.

3.      Pemeriksaan Darah

Dapat mengindikasikan malabsorbsi folat,vitamin B, dan lemak (pada sekitar satu setengah dari penyalahgunaan alkohol).

4.      Test Alkohol Cepat

Penggunaan Tes-Alkohol-Cepat ini ditujukan sebagai metode cepat untuk mendeteksi kadar alkohol dalam saliva sebagaimana jika blood alcohol concentration (BAC) melebihi kadar 0.02%. Telah dipublikasikan/dipahami sebelumnya bahwa konsentrasi alkohol dalam saliva hampir setara dengan konsentrasi alkohol dalam darah. Tes cepat ini ditujukan sebagai semi-kwantisasi alkohol ethyl dalam saliva manusia.

Prinsip  Tes-Alkohol-Cepat ini didasarkan pada spesifisitas tinggi dari alcohol oxidase (ALOx) bagi alkohol ethyl dalam kehadiran peroxidase dan enzim substrasi seperti tetramethylbenzidine (TMB). Warna yang berbeda pada pad reaktif dapat diobservasi kurang dar 20 detik setelah ujungnya mengalami kontak dengan sampel saliva dengan konsentrasi alkohol ethyl yang melebihi 0,02%. Harus diketahui bahwa jenis alkohol lain seperti: methyl, propanyl dan allyl akan menghasilkan warna yang sama pada pad reaktif. Walaupun demikian, alkohol-alkohol jenis ini biasanya tidak terdapat pada saliva.


G.    Sampling

Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan alkohol dalam tubuh yaitu berupa darah dan saliva. Berikut adalah cara pengumpulan sampel-sampel tersebut :

1.      Persiapan dan Pengumpulan Sampel

a.      Jangan memberikan apapun kedalam mulut orang yang sedang diperiksa paling tidak 10 menit sebelum pengumpulan saliva. Ini termasuk makanan, minuman, produk tembakau dan bahan yang lain.
b.      Kumpulkan spesimen saliva dalam mangkuk untuk air liur/ sputum atau kedalam wadah yang bersih, atau langsung dioleskan pada pad reaksi dari strip tes.
c.      Hindari kontak dengan kulit dengan menggunakan sarung tangan dan pakaian laboratorium yang layak.

2.      Pengumpulan Sampel Darah

a.      Alat-alat yang diperlukan disiapkan diatas meja.
b.      Keadaan pasien diperiksa, diusahakan pasien tenang begitu pula petugas (Phlebotomis).
c.      Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang tidak terlihat dibantu dengan palpasi.
d.      Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil pemeriksaan.
e.      Tempat penusukan didesinfeksi dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering.
f.       Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari lipatan tangan.
g.      Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.
h.      Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o – 60o sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya tekanan dan masuknya darah keujung semprit.
i.       Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah mencapai 6 – 10 cc.
j.       Torniquet dilepas, kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.
k.      Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 – 2 menit dan setelah itu bekas luka tusukan diberi plester hansaplast.
l.       Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam  tabung bertutup merah. Dapat pula menggunakan tabung bertutup hijau, ungu atau biru. Cegah hemolisis.
m.    Tulis tanggal dan waktu pengambilan pada tabung spesimen dan formulir laboratorium. Cantumkan pula tanda tangan dari petugas pengambil darah dan saksi pada tabung spesimen.



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Alkohol adalah derivat dari hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai cabang dari alifatik hidrokarbon. Alkohol terdapat dalam berbagai minuman seperti: whisky, brandy, rum, rodka, gin (mengandung 40% alkohol); wines (10-20%); beer dan ale (48%). Alkohol (etanol) sintetik seperti air tape, tuak dan brem, dihasilkan dari peragian secara kimia dan fisiologik. Bau alkohol murni tercium di udara bila mencapai 4,5-10 ppm.

Alkohol mengganggu keseimbangan antara eksitantasi dan inhibisi di otak, ini terjadi karena penghambatan atau penekanan saraf perangsangan. Sejak lama diduga efek depresi alcohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membran iipid. Efek alcohol terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfoliid dan kolesterol di membran tidak seragam. Data eksperimental menyokong dugaan mekanisme kerja alcohol di SSP serupa barbiturate.

Gejala yang ditimbulkan akibat mengonsumsi alkohol, yaitu Penglihatan menurun, Reaksi lambat, Kepercayaan diri meningkat, Sempoyongan, Berbicara tidak menentu Penglihatan menurun, Reaksi lambat, Kepercayaan diri meningkat, Fungsi saraf motorik menurun, Kurang perhatian, Diplopia, Gangguan persepsi, Tidak tenang, Gangguan penglihatan, Depresi, Stupor, dan Kegagalan pernafasan.

Alkohol diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh, yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan alkohol dalam tubuh dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode berikut : Gamma Glutamyltranferase (GGT), Mean Cospular Volume (MCV), Pemeriksaan Darah, dan Test Alkohol Cepat. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan alkohol dalam tubuh yaitu berupa darah dan saliva.

B.    Saran

Sebagai petugas analis kesehatan  haruslah dapat mengetahui serta memahami tentang alkohol, baik dari pengertian, sumber, mekanisme kerja alkohol dalam tubuh, gejala yang ditimbulkan, sampel serta metode – metode pemeriksaan yang digunakan agar mampu menganalisis zat tersebut sesuai dengan ketetapan yang ada, sehingga mendapatkan hasil yang akurat pada akhir pemeriksaan, sehingga benar-benar dapat mengakakan diagnosa yang tepat.

Related Posts:

0 Response to "Makalah Toksikologi Alkohol"

Post a Comment