Makalah Protein Urine



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Semua tidak akan sempurna apabila kesehatan seseorang terganggu. Gangguan kesehatan dapat menghambat segala aktivitas manusia. Oleh sebab itu penting bagi seseorang untuk menjaga kesehatan. Bukan hanya satu organ tubuh saja yang perlu dijaga namun keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urin. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urin atau metabolisme tubuh melalui urin yang biasa kita sebut buang air kecil ( BAK ).
Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana protein dalam urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam menentukan diagnosa suatu penyakit.


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Urine

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035.Volume normal perhari 900 – 1400 ml.

B.     Proses Terbentuknya Urine

Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine.Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal.Ketika berada di dalam membrae glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi.
Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi. Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kemih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari.Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit.
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda.Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit.Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.
C.   Warna Urine

1.    Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat.Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.    Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan.Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3.   Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.

4.   Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.
D.   Pemeriksaan Urine

a)    Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
b).  Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit yaitu meliputi :eritrosit, leukosit, epitel, bilirubin, urobilinogen, silinder, benang lendir, spermatozoa, bakteri, jamur dan parasit.

C)     Pemeriksaan Kimia Urine

Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia.Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. 

     E.Protein
          a.Pengertian protein
Protein adalah komponen dasar dan utama makanan yang diperlukan oleh semua makhluk hidup sebagai bagian dari daging, jaringan kulit, otot, otak, sel darah merah, rambut, dan organ tubuh lainnya yang dibangun dari protein (Sandjaja, 2010).
Protein mempunyai fungsi penting yaitu untuk pertumbuhan, memperbaiki sel tubuh yang rusak, bahan pembentuk plasma kelenjar, hormone, dan enzim, cadangan energi jika terjadi kekurangan, menjaga keseimbangan asam basa darah (Sandjaja, 2010).
Protein merupakan rangkaian asam-asam amino yang sekuennya ditentukan oleh kode genetik.Beberapa asam amino yang menyusun tidak dapat disintesis dalam tubuh (asam amino esensial) sehingga harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi.
       b. Proses terbentuknya protein
     Sintesis protein (bahasa inggris: protein synthesis) yang disebut juga biosintesis protein adalah proses pembentukan partikel protein dalam bahasan biologi molekuler yang didalamnya melibatkan sistesis RNA yang dipengaruhi oleh DNA. Dalam proses sintesis protein, molekul DNA adalah sumber pengkodean asam nukleat untuk menjadi asam amino yang menyusun protein tetapi tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya. Molekul DNA pada suatu sel ditranskripsi menjadi molekul RNA. Molekul RNA inilah yang ditranslasi menjadi asam amino sebagai penyusun protein. Dengan demikian molekul RNA lah yang terlibat secara langsung dalam proses sintesis protein. Hubungan antara molekul DNA, RNA, dan asam amino dalam proses pembentukan protein dikenal dengan istilah "Dogma sentral biologi” yang dijabarkan dengan rangkaian proses DNA membuat DNA dan RNA, RNA membuat protein, yang dinyatakan dalam persamaan DNA >> RNA >> Protein. Seperti kebanyakan dogma, terdapat pengecualian pada proses pembentukan protein berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan setelahnya, sehingga dogma ini akhirnya disebut sebagai aturan.

C.Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah dibawa ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses masuknya asam amino dapat di katakan tidak bersifat dinamis dan selalu di perbaharui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh

     D .Fungsi Protein.
Fungsi protein  didalam tubuh sangat erat hubungannya dengan hayat hidup sel. Selain itu, protein juga berfungsi sebagai zat pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk kedalam milieu interior tubuh. Protein juga sebagai zat pengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
Protein sangat berperan penting untuk pertumbuhan manusia dan terdapat dalam semua makhluk hidup.Jadi tanpa adanya protein tidaklah dapat dibentuk sel makhluk hidup.
Menurut sumber lain yang penulis peroleh, dapat kita lihat fungsi protein lainnya, antara lain sebagai berikut :
1.         Untuk membangun sel jaringan tubuh seorang bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg.
2.         Untuk mengganti sel tubuh yang aus atau rusak.
3.         Untuk membuat air susu, enzim dan hormon air susu yang diberikan ibu kepada bayinya dibuat dari makanan ibu itu sendiri.
4.         Membuat protein darah, untuk mempertahankan tekanan osmose darah.
5.         Untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh.
6.         Sebagai pemberi kalori.
7.         Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan.
8.         Untuk pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh.
9.         Untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
10.      Untuk memelihara netralitas tubuh.
11.      Untuk pembentukan antibodi.
12.      Untuk mengangkat zat-zat gizi.
13.      Sebagai sumber energi.

         E.Jenis Pemeriksaan Protein Dalam  Urin

v  .Pemeriksaan protein urin metode presipitasi dengan asam sulfosalicyl 20 %.
     Presipitasi untuk protein ini dasarnya adalah reaksi pengendapan dengan asam kuat. Konsentrasi asam sulfosalicyl yang digunakan adalah 20 %. Presipitasi ini merupakan tes yang sangat peka karena adanya protein dalam konsentrasi 0,002% dapat dinyatakan dengan tes ini.
     Positif palsu terjadi jika pada sampel terdapat kekeruhan, dengan adanya kekeruhan ini dapat memberikan hasil reaksi positif. Sebaiknya menggunakan urin yang jernih, jika urin keruh harus dicentrifuge terlebih dahulu. Adanya Iodida pada sinar radiografi juga dapat memberikan reaksi positif jika pasien sebelumnya melakukan foto rontgen, biasanya berat jenis urin menjadi tidak normal yaitu > 1035. beberapa jenis obat juga dapat memberikan  hasil positif, misalnya penicilina, sulfonamida, cephalosphorin, tolbutamide dan tolmitin.
     Positif palsu yang disebabkan oleh beberapa jenis obat ini dapat ditegaskan dengan melihat jenis kristal dari masing-masing jenis obat tersebut di bawah mikroskop.
     Penentuan proteinuri asam sulfosalicyl 20% ini memberikan beberapa kelebihan,diantaranya adalah harga lebih murah, pembuatan larutan reagent asam sulfosalicyl 20% dapat disesuaikan dengan jumlah pasien sehingga lebih ekonomis, mudah diperbaharui pembuatan reagent Asam Sulfosalicyl 20%. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu yang lebih lama dalam melakukan pemeriksaan.

v  Pemeriksaan protein urin metode presipitasi pemanasan dengan asam asetat

Protein dalam keadaan kolloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat untuk mencapai titik isoelektrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan akhirnya terjadi presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan. Konsentrasi protein sebanyak 0,004% dapat dinyatakan dengan tes ini.
Konsentrasi asam asetat yang dipakai bisa digunakan konsentrasi antara 3 – 6%, yang penting diperhatikan adalah pH yang dicapai dengan pemberian asam asetat. Ada yang lebih suka menggunakan asam penyangga dengan pH 4,5 sebagai pengganti asam asetat.
Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik untuk tes ini. Jika berat jenis berkisar antara 1003 – 1006 ditambah larutan NaCl jenuh sebanyak seperlima dari volume urin.Jika memakai penyangga tidak perlu diberi NaCl. Urin dengan reaksi asam akan memberikan hasil yang baik.

v  .Pemeriksaan protein urin metode tes strip urin.

Tes strip urin yang dipakai untuk menemukan proteinuri berdasarkan fenomena “kesalahanpenetapan pH oleh adanya protein”. Indicator tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas protein dan cairan yang berisi protein dengan pH tertentu. Derajat perubahan warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan warna menjadi ukuran semi kuantitatif pada proteinuri.
 Indikator yang biasanya ada pada tes strip adalah tetabrom phenol blue yang berwarna kuning pada pH 3 dan menjadi hijau sampai hijau biru sesuai banyaknya protein yang ada dalam Urin.
 Tes strip yang digunakan untuk penentuan proteinuri ini tidak hanya untuk penentuanprotein, tetapi juga untuk penentuan berat jenis (spesifik gravity), pH, blood (darah), leucocyte (sel darah putih),nitrite, glukosa, ketone, bilirubin dan urobilinogen.
 Tes strip merupakan reagent kering (dry reagent) dalam penyimpanannya harus tertutup rapat karena sifatnya yang mikroskopis, harga lebih mahal dan tidak ekonomis, tetapi mempunyai kelebihan yaitu dalam pemantauan proteinuri tidak memerlukan waktu yang lebih lama.

E.    Proteinuria

Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya.
Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin.
Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:
1.      Filtrasi glomerulus
2.      Reabsorbsi protein tubulus

a)    Patofisiologi Proteinuria
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1.    Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.
2.    Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3.    Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4.    Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk inflamasi.

Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus. Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran yang sempit. Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis. Muatan negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.
Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus. Ini biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal. Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).

b)    Proteinuria Fisiologis
Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara. Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif).

c)        Proteinuria Patologis
Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.
3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengandung lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus. Sering pula dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.
Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus. Terdapat 3 jenis proteinuria patologis:
1.    Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
2.    Proteinuria tubular
3.    Overflow proteinuria

d)    Proteinuria Glomerulus
Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat:

1.      Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah.
2.      Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus. Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
e)    Proteinuria Klinis
Pemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach dan Biuret.Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.

f)     Proteinuria Tubular
Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari, terdiri atas β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.

g)    Overflow Proteinuria
Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus. Protein jenis ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.

h)    Proteinuria Isolasi
Sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit sistemik.proteinuria ini hampir ditemukan secara kebetulan dapat menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang mungkin saja timbul karena posisi lordotik tubuh pasien.

                 F..Nilai Rujukan
                  1.        Protein Total
               Dewasa : 6.0 - 8.0 g/dl
               Anak : 6.2 - 8.0 g/dl
               Bayi : 6.0 - 6.7 g/dl
               Neonatus : 4.6 - 7.4 g/dl
                 2.        Albumin
               Dewasa : 3.5 - 5.0 g/dl
              Anak : 4.0 - 5.8 g/dl
              Bayi : 4.4 - 5.4 g/dl
              Neonatus : 2.9 - 5.4 g/dl
               3.        Protein Urin
             Urin sewaktu : negatif (≤15 mg/dl)
             Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.

G. Interpretasi Hasil
            Interpretasi Hasil   :
Tingkatan Hasil
Kriteria
Kadar Protein
(g/dL)
Negatif (-)
Tidak ada kekeruhan
< 0,01
Positif 1 (+)
Kekeruhan ringan (tidak berbutir)
0,01-0,05
Positif 2 (++)
Kekeruhan jelas (berbutir)
0,05-0,2
Positif 3 (+++)
Kekeruhan hebat (berkeping-keping)
0,2-0,5
Positif 4 (++++)
Menggumpal
>0,5


      H. Protein  Bence Jones.
   Protein bence jones adalah suatu protein dengan berat molekul kecil (± 44.000) terdiri dari rantai ringan (light chains) kappa atau lambda immunoglobin yang ditemukan di urin. Karena berat molekulnya yang kecil, protein bence jones mudah ditemukan difiltrasi diglomerolus ginjal dan ditemukan diurin.
  Sifat Protein ini yaitu bila dipanaskan sampai suhu 40-600 terjadi presipitat dan pada saat pemanasan diteruskan sampai mendidih presipitat menghilang. Ketika didinginkan, protein bence jones akan menjadi presipitat pada suhu 600C dan akan larut pada suhu kurang dari 400C.
 Protein bence jones disebut sebagai tumor marker dimana suatu zat yang dibuat oleh tubuh sebagai tanda yang berhubungan dengan kanker tertentu, atau keganasan.
 Protein bence jones dibuat oleh plasma sel, suatu sel darah putih. Adanya protein di urin berkaitan dengan keganasan dari sel plasma. Sel plasma yang mengalami keganasan akan mengalami proliferasi sel yang berlebihan, sehingga membentuk alone. Sel-sel tersebut membentuk suatu imunoglobulin homogenus, dan satu tipe free light cham baik berupa kappa atau lambda. Produksi subunit yang tidak  seimbang ini dapat menyebabkan produksi light chains berlebihan yang kemudian di filtrasi diglomerulus dan di ekskresikan melalui urin. Semua ini tergantung dari seberapa banyak light chains dan heavy chains yang diproduksi oleh elones (klon).
Terdapat 3 jenis abnormalitas yang dapat terjadi ;
        1.    Klon tersebut dapat membentuk satu jenis heavy chain dalam jumlah yang sama, kemudian akan terbentuk imunoglobulin yang homogen, karena tidak terdapat light chains yang berlebihan, tidak ditemuakan protein bence jones diurin.


       2.    Klon tersebut memproduksi light chains yang lebih banyak dibanding heavy chains,     light chains akan bergabung dengan semua heavy chains yang diproduksi membentuk imunoglobulin homogen dan light chains yang tersisa akan diekskresikan diurin.
      3.    Bila klon hanya memproduksi light chains saja tanpa adanya heavy chains, sehingga tidak terbentuk imunoglobulin homogenus dan semua light chains akan di ekskresikan melalui urin, kecuali bila terdapat gangguan pada ginjal. Adanya imunoglobulin yang homogen dapat diperiksa dengan menggunakan serum elektroforesis, sedang adanya protein bence jones dalam jumlah banyak di urin cara terbaik dengan menggunakan dengan menilai pola elektroforesis yang meningkat tajam.

   Gambaran Klinis
Multiple mieloma adalah keganasan yang menyerang sel plasma, biasanya terjadi pada sum-sum tulang. Penyakit ini sering dihubungkan dengan terbentuknya protein bence jones. Keganasan ini didapatkan pada kasus limfoma, makroglobulinemia, leukemi, osteogenik, sarkoma, amiloidosis, dan keganasan lainya. Terjadinya Proteinuria bence jones yang cukup lama, menyebabkan permeabilitas membran glomerulus menjadi bertambah besar terhadap protein, dan kebutuhan reabsrbsi tubulus yang menjadi lebih besar menyebabkan terjadi degenerasi tubulus, sehingga serum protein, albumin dan globulin sering ditemukan diurin.

   Pemeriksaan laboratorium
Suatu urinalisis rutin tidak dapat mendeteksi adanya protein bence jones. Ada beberapa metode yang dilakukan untuk mengetahui dan menghitung protein tersebut. Reaksi klasik bence jones adalah dengan memanaskan urin sampai suhu 600C pada temperatur ini protein bence jones akan menggumpal. Bila urin terus menerus dipanaskan sampai mendidih, urin maka akan larut kembali dan bila didinginkan akan kembali menggumpal. Ada beberapa test lain dengan menggunakan garam-garam, asam-asam dan zat-zat kimia lain, tapi test–test ini tidak dapat untuk mengetahui berapa banyak protein bence jones yang terdapat pada urin, hanya ada atau tidaknya saja.
Prosedur yang lebih kompleks dilakukan untuk mengukur banyaknya protein bence jones, yaitu dengan menggunakan imunoelectroporesis, biasa digunakan dengan menggunakan urin 24 jam.

     Hasil normal
Tidak ditemukan protein bence jones pada urin normal.




DAFTAR PUSTAKA


Montgomery, Rex dkk. 1993. Biokimia jilid I. Yogjakarta : Gajah Mada University Press
Jati, wijaya. 2007. Aktif  Biologi. Jakarta : Ganeca exact.

wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.

Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.

Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta                              

Related Posts:

0 Response to "Makalah Protein Urine"

Post a Comment