Makalah Rhodamin B



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Makanan merupakan elemen penting bagi tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena makanan memberikan energi dan tenaga bagi tubuh untuk melakukan bekerja. Mengkonsumsi makanan yang sehat menjadi harapan setiap manusia karena asupan gizi yang cukup, memberikan energi yang maksimal bagi tubuh. Jadi, jika kita harus mendisiplinkan diri untuk hidup sehat dan mangatur pola makan yang baik untuk kesehatan tubuh kita.
Dewasa ini, banyak sekali kasus keracunan makanan mewarnai media cetak maupun televisi. Ada juga kasus kematian yang merupakan akibat dari keracunan makanan. Kasus keracunan makanan yang dilaporkan tidak hanya bersumber pada ketidak higienisan makanan. Namun, adanya fenomena penggunaan bahan-bahan kimia yang dilarang dalam makanan juga turut mendominasi.
Salah satu contoh bahan kimia berbahaya yang digunakan produsen makanan yang perlu diwaspadai konsumen adalah zat pewarna merah Rhodamin B. Berdasarkan hasil penelitian banyak ditemukan zat pewarna Rhodamin B pada produk industri rumah tangga. Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil plastik dan kain. Kelebihan dosis Rhodamin B bisa menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Rhodamin B ?
2.      Apa sumber Rhodamin B ?
3.      Bagaimana mekanisme racun Rhodamin B?
4.      Apa gejala klinis yang di timbulkan oleh Rhodamin B?
5.      Sampel apa yang digunakan untuk pemeriksaan Rhodamin B?
6.      Bagaimana metode pemeriksaan Rhodamin B?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Rhodamin B.
2.      Untuk mengetahui sumber Rhodamin B.
3.      Untuk mengetahui mekanisme racun Rhodamin B.
4.      Untuk mengetahui gejala klinis yang ditimbulkan oleh Rhodamin B.
5.      Untuk mengetahui sampel yang digunakan untuk pemeriksaan Rhodamin B.
6.      Untuk mengetahui metode pemeriksaan Rhodamin B.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamin dalam makanan masih terdapat di lapangan. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.
Rhodamin B memiliki nama lain, di antaranya acid butirat pink B. ADC rhodamin B, brilliant pink B, calcozine rhodamin BL, aizen rhodamin BH, aizen rhodamin BHC, akiriku rhodamin B, calcozine rhodamin BX, calcozin rhodamin BXP, cerise toner, certiqual rhodamin, cogilor red 321.10, cosmetic briliant pink bluish D conc, edicol supra rose B, elcozine rhodamin B, geranium lake N, hexacol rhodamin B extra, rheonin B, symulex magenta, takaoka rhodamin B, tetraetil rhodamin.
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah-merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 1650C.

B.     Sumber Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan difenelalanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu dan kulit; sebagai reagensia di laboratorium untuk pengujian antimon, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium dan tungsten; untuk pewarna biologik.
Rhodamin B sering disalahgunakan untuk pewarna pangan (kerupuk, makanan ringan, es dan minuman yang sering dijual di sekolahan), serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen. Zat ini dapat memicu terjadinya kanker karena zat pewarna tekstil atau cat biasanya mengandunglogam berat seperti As,Pb, dan Hg yang bersifat racun sehingga membahayakan kesehatan konsumen.
Ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan yang terang mencolok. Biasanya makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu merah terang mencolok. Bahaya utama terhadap kesehatan yaitu pemakaian dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan radang kulit alergi, dan gangguan fungsi hati/kanker hati


C.    Mekanisme Racun Rhodamin B
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamin B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasai oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen. Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.
Didalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Reaksi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B berwarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara rhodamin B dan klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksis bila masuk kedalam tubuh manusia.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hamper mirip dengan sifat dari klorin yang seperti disebutkan diatas berkaitan dalam sturktur Rhodamin B. Klorin (senyawa halogen) dalam Rhodamin B adalah  senyawa radikal yang akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.
 Rhodamin B bersifat lokal dan sistemik jika masuk ke dalam tubuh. Lokal maksudnya, zat langsung merusak zat yang dilaluinya. Sedangkan sistemik maksudnya, zat kimia sudah memiliki target organ yang akan dirusak jika masuk dalam tubuh. Untuk rhodamin B biasanya jika masuk ke tubuh akan mengganggu fungsi kerja hati. Awalnya hanya terganggu namun karena Rhodamin memiliki sifat karsinogenik maka lama-kelamaan akan memicu tumbuhnya sel kanker di hati.

D.    Gejala Klinis
Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamine B termasuk karsinogen yang kuat. Efek negatif lainnya adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat pewarna tersebut memang berbahaya bila digunakan pada makanan. Hasil suatu penelitian menyebutkan bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma.
Secara kimia adanya ikatan dengan klorin (-Cl) pada struktur molekulnya menyebabkan rhodamin B berbahaya jika dikonsumsi. Hal ini dikarenakan klorin merupakan senyawa anorganik sangat reaktif, toksik, dan bersifat karsinogenik (memicu kanker).
Bahaya rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur rhodamin B. Ganguan fungsi hati atau kanker hati. Rhodamin B bisa menumpuk dilemak sehingga lama – lama jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B bisa memicu kanker jika di produksi tahunan.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.
Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur rhodamin B kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.
Rhodamin B memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tubuh, antara lain :
1.      Sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati/liver.
2.      Jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, pada kelopak mata.
3.      Jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
4.      Jika sudah masuk dalam tubuh kita dia akan mengendap pada jarigan hati dan lemak,tidak dapat di keluarkan. dalam jangka waktu lama bisa bersifat karsinogenik (penyebab kanker).
5.      Bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian.

Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :
1.      Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
2.      Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3.      Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
4.      Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.

E.     Sampel Yang Digunakan Untuk Pemeriksaan Rhodamin B
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan rhodamin b adalah sampel makanan dan minuman yang diduga mengandung rhodamin b seperti kerupuk, makanan ringan, es dan minuman yang sering dijual di sekolahan dan kosmetik.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Pemeriksaannya dilakukan dengan cara sebagai berikut;
a.       Alat

1.      Cawan petri
2.      Spet
3.      Mortal
4.      Pipet tetes
5.      Tabung reaksi & rak tabung reaksi

b.      Bahan

1.      Pereaksi Rhodamin - B ( Test kit )
2.      Sampel
·         Sirup merah cap bintang
·         Kue kukus dengan warna merah terang
3.      Air mineral
4.      Kapas

c.       Cara kerja

1.      Persiapkan sampel yang akan di periksa ( sirup merah dan kue kukus warna merah terang );
2.      Sampel padat dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mortal;
3.      Tambahkan sedikit air agar sampel menjadi lebih halus atau menjadi homogen dengan air;
4.      Kemudian tuangkan masing-masing sampel ke dalam cawan petri;
5.      Ambil air yang telah homogen dengan sampel menggunakan spet sebanyak 1 ml; ( note : Tanpa ada padatannya )
6.      Kemudian masukkan kedalam tabung reaksi;
7.      Lalu tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi I rhodamin - b ke dalam tabung reaksi tersebut secara hati – hati tetes demi tetes dan segera tutup botolnya;
8.      Setelah itu tambahkan 5 tetes pereaksi II rhodamin – b;
9.      Kemudian tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi III rhodamin – b (gunakan pipet tetes yang ada);
10.  Dikocok dengan hati – hati;
11.  Jika terbentuk warna ungu (violet) pada lapisan atas, sampel positif mengandung rhodamin – b.

F.     Metode Pemeriksaan

Adapun metode pemeriksaan rhodamin b, yaitu sebagai berikut :

Teknik analisa sederhana

Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN Hyderabad India, telah melaporkan hasil penelitiannya, bahwa deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun.
Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda dengan zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air yang berbeda. Zat pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning), dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Pada Tabel 1, dapat dilihat daftar beberapa pewarna sintetik yang mudah larut dan tidak mudah larut dalam air.

Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase tetap ( stationary) dan yang lain fase bergerak  (mobile); pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini.
Kromatografi kertas
Prinsip kerjanya adalah kromatography kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Sejumlah cuplikan 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100 ml, ditambahkan asam asetat encer kemudian dimasukan benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga bebas ammonia.
Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding yang cocok (larutan pekatan yang berwarna merah gunakan pewarna zat warna merah). Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas. Elusi dengan eluen 1 (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan eluen II (2 gr NaCl dalam 100 ml etanol 50%)
Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar. Amati bercak-bercak yang timbul
Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut.

Kromatografi Lapis Tipis
Kualitatif
1.      Pembuatan larutan uji (Larutan A)
Ditimbang sebanyak 2 g sampel, kemudian ditambahkan 4 tetes HCl 4 M dan 5 ml methanol. Dipanaskan selama 5 menit hingga sampel melarut. Selanjutnya ditambahkan methanol ad 30 ml, disaring dengan kertas saring, dan ditambahkan Na-sulfat anhidrat kedalamnya. Filtrat diambil dan dimasukkan kedalam botol vial.
2.      Pembuatan larutan baku (Larutan B)
Ditimbang sebanyak 5 mg pewarnaa rhodamin B baku pembanding. Dilarutkan dalam 10 mL methanol, dikocok hingga larut.
3.      Pembuatan larutan C
Dipipet sejumlah volume yang sama antara larutan A dan larutan B. dicampur dan dihomogenkan.
4.      Uji identifikasi sampel
Plat KLT disiapkan, kemudian ditotolkan larutan baku dan larutan sampel secara terpisah. Didiamkan plat KLT hingga mongering. Kemudian plat KLT dimasukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan dengan propanol : ammonia (90 : 10). Dibiarkan fasa gerak nya naik hingga batas pelat, dan dikeringkan. Selanjutnya diamati noda dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Warna merah berfluoresensi kuning menunjukkan adanya rhodamin B.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.
Rhodamin B digunakan sebagai zat warna untuk kertas, tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu dan kulit; sebagai reagensia di laboratorium untuk pengujian antimon, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium dan tungsten; untuk pewarna biologik.
Rhodamin B bersifat lokal dan sistemik jika masuk ke dalam tubuh. Lokal maksudnya, zat langsung merusak zat yang dilaluinya. Sedangkan sistemik maksudnya, zat kimia sudah memiliki target organ yang akan dirusak jika masuk dalam tubuh. Untuk rhodamin B biasanya jika masuk ke tubuh akan mengganggu fungsi kerja hati. Awalnya hanya terganggu namun karena Rhodamin memiliki sifat karsinogenik maka lama-kelamaan akan memicu tumbuhnya sel kanker di hati. Bahaya rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata.
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan rhodamin b adalah sampel makanan dan minuman yang diduga mengandung rhodamin b seperti kerupuk, makanan ringan, es dan minuman yang sering dijual di sekolahan dan kosmetik.
Adpun metode pemeriksaan rhodamin b yaitu teknik analisa sederhana dengan menggunakan kromatografi.

B.     Saran
Bagi masyarakat, perlu adanya pengetahuan dan informasi yang cukup tentang zat-zat kimia yang terkandung dalam makanan (Rhodamin B) pada masyarakat serta pengawasan keluar-masuknya (perdagangan) zat kimia sangat penting untuk meminimumkan penyalahgunaan zat-zat kimia tersebut. Oleh sebab itu, respon dan tindakan dari pemerintah sangatlah diharapkan.




DAFTAR PUSTAKA

https://informasisehat.wordpress.com/2009/05/21/bahaya-zat-pewarna-pada-makanan/


Related Posts:

0 Response to "Makalah Rhodamin B"

Post a Comment