BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
merupakan makhluk yang unik. Dari setiap sisi dari tubuh manusia menjadi sebuah
hal yang menarik untuk dipelajari. Kita juga mengenal berbagai sistem organ
yang mempunyai peran yang sangat penting sesuai dengan peran fungsinya. Sistem
organ dengan sistem kerja masing – masing saling berinteraksi dan menjadikan
satu kesatuan yang utuh. Dari berbagai sistem, kita mengenal sistem perkemihan
dimana dari organ-nya dan fungsinya. Adapun hal yang menarik bahwa zat yang dikeluarkan
atau yang dikenal dengan nama urine dapat menjadi sebuah penelitian akan
kondisi kesehatan tubuh seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering
mendengar istilah urine. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan
melakukan pembuangan urine atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita
sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal
namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita
keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan
nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang
perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan urine
merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine. Pemeriksaan
pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang.
Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses
pengumpulan urine.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan urine ?
2.
Berapa jenis pengambilan sampel urine ?
3.
Bagaimana pengaruh terlambatnya pengiriman sampel urine
terhadap sampel tersebut ?
4.
Ada berapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan
menggunakan sampel urine ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan urine.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis pengambilan sampel urine.
3.
Untuk mengetahui pengaruh terlambatnya pengiriman sampel
urine terhadap sampel itu sendiri.
4.
Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan.yang dapat dilakukan
menggunakan sampel urine.
D.
Manfaat
1.
Sehingga
dapat mengetahui yang
dimaksud dengan urine.
2.
Sehingga dapat mengetahui jenis pengambilan sampel urine.
3.
Sphingga dapat mengetahui pengaruh terlambatnya
pengiriman sampel urine terhadap sampel tersebut.
4.
Sehingga dapat mengetahui jenis pemeriksaan yang dapat
dilakukan menggunakan sampel urine.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemgertian
Urine
.
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
prosesurinasi.Urine juga sering disebut dengan air
kencing atau air seni. Nama urine itu sendiri dikatakan seperti itu karena
kandungan utama dari urine adalah urea. Selain urea, urine juga, zat warna empedu, dan garam-garaman. Normal tidaknya urine seseorang tergantung dari kandungandi dalam urine itu sendiri. Karena itu urine dapat dijadikan sebagai indikator kondisi tubuh seseorang, seperti dalam
mendeteksi apakah seseorang menderita dehidrasi ataupun untuk mendeteksi
penyakit diabetes mellitus. Umumnya seseorang memproduksi urine dari 1-2 liter per harinya. Namun ada keadaan poliuria dimana seseorang memproduksi urine hingga lebih dari 2,5 liter per hari. Ada juga keadaan penyakit oliguria yakni penderitanya hanya mampu memproduksi urine sampai 400 ml saja. Selain itu penderita anoria ginjalnya hanya biasa memproduksi urine kurang dari 100 ml.
Fungsi
utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak
diperlukan lagi oleh tubuh, sehingga masyarakat umum mengatakan urine itu adalah zat yang kotor, hal itu mungkin apabila urine yang dihasilkan berasal dari ginjal dan saluran kencing yang
terinfeksi serta mengandung bakteri. Secara medis, apabila urine yang diproduksi berasal dari ginjal yang sehat dan saluran kencing
yang terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril. Bahkan di India ada TerapiUrine Amaroli, yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan dalam
pengobatan
B.
Proses
Pembentukan Urine
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses
penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan
penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan
kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi
terjadi di tubulus distal.Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron
yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang
dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi
tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material
berberat molekul rendah dalam plasma.
Sistem urinary bertanggung jawab untuk
berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem
ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis
(homeositasis), yaitu suatu keadaan relatif konstan dari lingkungan internal di
dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti
keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi
banyak zat di dalam plasma.pengendalian itu dilaksanakan dengan penyaringan
sejumlah besar plasma dan molekul-molekul kecil melalui glomerolus.
Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikeluarkan dari tubuh lewat ginjal bersama urine, terutama
berlaku untuk akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen. Pada keadaan
sakit metabolisme terganggu, ginjal mengeluarkan hasil-hasil pemecahan
metabolisme yang terganggu tersebut asalkan fungsi ginjal cukup baik, juga
banyak racun-racun dan obat-obat yang dikeluarkan oleh urine baik dalam keadaan
tidak diubah maupun dalam hasil-hasil pemecahanya. Zat warna urin barasal
darimetabolisme endogen yang dijabarkan dari zat warna empedu. Urin segar yang
normal mempunyai warna sitrum sampai kuning batu ambar.
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam urine yaitu senyawa
organik, senyawa anorganik, dan zat-zat lain. Urea adalah hasil akhir utama
dari metabolisme protein. Ekskresi berhubungan langsung dengan intake protein.
Biasanya urea merupakan 80-90% dari nitrogen urine total. Ekskresi urea
meningkat ketika katabolisme protein meningkat, seperti pada diabetes dan
aktivitas korteks jaringan yang berlebihan. Asam urat adalah hasil akhir
terpenting dari oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat berasal tidak hanya dari
nukleoprotein makanan, melainkan juga dari pemecahan nukleoprotein sel dalam
tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi membantuk garam-garamyang
larut dalam urine bila asam dibiarkan). Asam urat ditemukan dalam urine normal
sekitar 0,5-1,0 gram perhari, tetapi jumlah ini dapat bervariasi yang besar
Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl
guanidino acatic acid) dan benda yang konstan dari urine. Kreatinin dapat
diukur dengan memberi alakali pikrat pada urine, dengan adanya kreatin campuran
memberi warna ambar. Warnanya dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi
larutan alkalikiprat. Kreatinditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi
dan disintegrasi jaringan otot. Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis
seperti kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia
tertentu dan infeksi-infeksi. Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria
Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam
urine. Ekskresi Cl tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya
sekitar 10-15 gram sehari. Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida
adalah yang utama karena sebagian khlorida adalah yang utama.Fosfat dalam urine
merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat (alakali fosfat) serat
kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah). Ekskresi fosfat pada urine dapat
bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata dalam sehari adalah 1,1g. Ion
fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu asam fosfat nonbasic
dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH dan buffer urine.
Sulfur urine terutama berasal dari protein karena
terdapatnya asam-asam amino yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam
molekul protein. Sulfur urine total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat
anorganik, sulfat terkonjugasi, dan sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar
satu gram sulfat dieliminasi setiap hari, sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat.
Sekitar 90% dari ekskresi sulfat adalah dalam bentuk anorganiksulfat dan 10 %
dalam bentuk sulfat konjugasi dan sulfat netral Proteinuria adalah
senyawa albumin dan globulin dalam urine pada konsentrasi yang abnormal. Pada
keadaan normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan setiap hari
melalui urine. Albumin dapat ditemukan dengan pemanasan urine, kemudian
ditambah sedikit asam asetat encer. Terdapat endapan putih yang menetap setelah
penambahan asam menunjukkan bahwa terdapat protein dalam urine.Selain terdapat pada nefritia, darah juga terdapat dalam
urine (hematuria) yang dapat disebabkan karena kerusakan pada ginjal atau
saluran urine. Hemaglobin bebas (hemaglobinuria) terdapat dalam urine
setelah hemolisis yang cepat misalnya pada kompilasi dari malaria atau
setelah kebakaran yang hebat
Urine yang mengandung pigmen empedu akan berwarna kunig
kehijauan samapi coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sanagat kecil.
Daxar untuk uji pigmenempedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri
tingkatan warna. Dengan uji gmelin yang positif, akan menghasilkan
bermacam-macam warna mulai dari warna hijau, biru merah, dan kuning
kemerah-merahan. Didapatnya indoxyl sulfuric acud (indikan)
dalam urine menunjukkan derajat katabolisme jaringan dan material protein
adalah tidak benar, tetapi merupakan bagian besar dari organisme putrefektif
usus dlama triptofan. Pengeluaran indikan dapat diambil sebagai petunjuk dini
proses putrefektif dalam usus dan secara klinis hal yang penting dari asam
sulfat terkonjugasi. Dalam kondisi normal, 10-20 gram indikan diekskresikan
setiap harinya.
C.
Pengambilan Urine
Bahan urin untuk
pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Pengambilan spesimen
urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak
memungkinkan).
Ø Jenis pengambilan sampel urine
1.
Urine
sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu
adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus.
Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel
darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini
cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
2.
Urine pagi
Pengumpulan
sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan
cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes
kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.
3.
Urine tampung
24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama
24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya
digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum,
kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume
1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.
Bahan urin dapat
diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter
dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh
adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril
Ø Macam-macam
cara pengambilan urine
1. Punsi Suprapubik.
Pengambilan urin dengan punksi
suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit
dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi
suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan
ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus
selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun
jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
2. Kateter.
Bahan urin dapat diambil dari
kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting
tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis
harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan
ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin
yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari
punksi suprapubik.
3. Urine Porsi Tengah.
Urin porsi tengah sebagai sampel
pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering
dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi
resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi
sampel dan menyebabkan kultur false-negatif.
Ø Prosedur
Pengambilan Urine.
a.
Persiapan alat
1. Botol yang telah disterilkan(tempat
penampung spesimen
2. Label spesimen
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Larutan anti septik
5. Kapas sublimat
6. Formulir Laboratorium
7. Urinal (Pispot) jika klien tidak
dapat berjalan
8. Baskom air hangat
9. Waslap
10.
Sabun
11.
Handuk
b.
Prosedur plaksanaan
1. Beritahu klien tujuan prosedur
pelaksanaan
2. Untuk klien yang dapat berjalan
·
Antar klien ke kamar
·
Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan
sabun dan air
Untuk klien wanita
Bersihkan daerah parineal dari
depan kebelakang dengan Menggunakan
kapas steril hanya sekali pakai
Untuk klien laki – laki
Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis
tertarik. Dengan
Gerakan memutar, bersihkan
saluran kencing. Gunakan steril hanya sekali
pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis
3. Untuk klien yang memerlukan
bantuan
·
Siapkan klien dan peralatannya
·
Bersihkan daerah parineal dengan sabun kemudian keringkan
·
Posisikan klien setegak mungkin jika di perbolehkan
·
Buka peralatan, hati – hati jangan sampai mengontaminasi tempat sampel
·
Pakai sarung tanga
·
Bersihkan saluran kencing seperti yang dijelaskan di atas
4. Ambil sampel dari klien yang
tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang dapat berjalan bagaimana mengambil
sampel.
·
Perintah klien untuk BAK
·
Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai
wadah tersentuh penis
·
Ambil ± 30 – 60 ml urine di dalam wadah
·
Tutup wadah sentuh hanya dalam luar wadah
·
Jika perlu, bersihkan wadah dengan disinfektan
·
Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu kemudian
menahannya dan kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam botol +_ 30 – 60
cc, kemudian klien di anjurkan mengeluarkan urine/ mengosongkan kandung kemih
secara keseluruhan.
5. Beri label pada botol dan bawa
kelaboratorium
·
Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada
botol.
·
Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya
6. Catat data yang bersangkutan
·
Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami
klien selama pengambilan sampel
7. Spesimen kulit periodik(urine
tampung)
·
Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli
wadah dengan identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.
·
Guanakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel
·
Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan disimpan
wadah dari lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak terkontaminasi dengan
kertas toilet atau feses.
·
Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan
kantong kemih dan simpan urine sebagai bagian spesimen , bawa semua
sampel ke laboratorium
·
Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta
hasil pengamatan lain terhadap urine
8. Pengambilan spesimen urine dari
kateter
·
Gunakan sarung tangan sekali pakai
·
Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30
menit.hal ini menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .
·
Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan. Daerah
penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk mencegah
tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan jarum, mikroorganisme
akan menghilang pada pembukaan kateter. Jadi, cegahlah kontaminasi jarum dan
masuknya mikroorganisme dalam kateter.
·
Masukkan jarum dengan sudut 30 – 450
·
Lepaskan penjepit kateter.
·
Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk
analisis urine rutin)
·
Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah.
·
Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan
·
Tutup wadahnya
·
Lepaskan sarung tangan, dan taruh pada tempat yang disediakan
·
Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di
lemari pendingin.
·
Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen.
D.
Pengiriman Spesimen Ke Laboratorium
Spesimen yang telah dikumpulkan
harus segera dikirim ke laboratorium.
- Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
- Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
- Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
- Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, sepert :
·
Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel
eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
·
Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan
pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
·
Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar
matahari.
·
Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya
pemeriksaan bakteriologis dan pH.
·
Jamur akan berkembang biak
·
Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat
menghilang. Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen
harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8
jam.
·
Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak
atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat
ditutup rapat dan mudah dibawa.
E.
Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi
pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan
urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan
benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Ø Jenis pemeriksaan sampel urine
1.
Pemeriksaan
Makroskopik
Yang diperiksa adalah
volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin
berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan
badan. Pemeriksaan
Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :
a.
Volume urin
Banyak sekali faktor
yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan
dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik
volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila
didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu
disebut poliuri. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini
dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah,
deman edema, nefritis menahun. Anuri
adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal
ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal
b. Warna urine
Pemeriksaan terhadap
warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan
klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning,
kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan
maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua
yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin.
1.
Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh
Anda sehat. Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam
urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.
Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan
cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena
merupakan tahap awal penyakit liver.
3.
Kemerahan
Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal
dan kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar
maupun rifampisin secara berlebihan.
4.
Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi
c. Berat jenis
urin
Pemeriksaan berat
jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'.
d. Bau urin
Bau
urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita
diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika
seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau
menyengat.
Bau urin normal
disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat
disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau
buah-buahan seperti pada ketonuria. oranye.
e. pH urin
Penetapan pH
diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam,
sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi
atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
2. Pemeriksaan
Mikroskopik
Yang dimaksud dengan
pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit
a.
Eritrosit.
Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit
dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau
perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
b.
Lekosit.
Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine
adalah 0–4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan,
infeksi atau tumor.
c.
Epitel
Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding
bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam
urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan
vagina.
d.
Silinder (cast)
Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam
Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder,
yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder
lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin
menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan
silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih
berat pada tubulus ginjal.
e.
Kristal
Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama
urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi
(mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal
atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan
metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum).Yang
perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap
pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut
melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine,
mengeras dan terbentuk batu.
f. Silindroid
Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang
banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.
g. Benang
lendir (mucus filaments)
Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.
h. Spermatozoa
Bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.
i. Bakter
Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan
biakan (kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen
“bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.
j. Sel
jamur
Menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya
cemaran saja.
k. Trichomonas
sp.
Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi
pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.
3. Pemeriksaan Kimia
Urine
Di samping cara
konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih
sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai
reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di
Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein,
glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a. Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat
dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat
dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi
mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat
dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat,
vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan
cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100
mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
b. Benda-benda
keton
Dalam urin terdiri
atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah
menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan
reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl,
tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta
hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung
bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang
berlebihan. Dalam
keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa
yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus,
kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah
yang tinggi.
c.
Pemeriksaan bilirubin
Dalam urin
berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam,
yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari
p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah
asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil
positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil
positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid,
chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi
bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
d.
Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita
perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1-1,0
Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin
disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang
berlebihan di dalam tubuh. Dalam keadaan normal
tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh
perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan
ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih
peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan
pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung
vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin
mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang
berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang
terkontaminasi.
Ø Prosedur
pemeriksaan sampel urine
a.
Makroskopis Urin
1.
Menentukan Kejernihan dan warna
· Prinsip : Untuk menggambarkan rupa urin haruh
dilakukan
secepatnya setelah urin dikeluarkan
denga
cahaya tembus, yang mana urin
dinyatakan dengan kuning muda , kuning tua, coklat / tak berwarna, juga
urin itu dinyatakan dengan jernih atau keruh pada waktu dikeluarkan.
·
Alat : Tabung Reaksi dan Rak Tabung
·
Bahan : Urine
·
Prosedur Kerja
v Siapkan alat dan bahan
v Isi tabung reaksi dengan 3/4 tabung.
v Tijaulah pada tebal lapisan 7-10
cm dengan cahaya tembus dalam sikap serong
v Untuk menentukan warna gunakan latar belakang
warna putih.
v Untuk menentukan kejernihan dan kekeruhan gunakan
latar belakang warna hitam.
2.
Menentukan Bau
· Prinsip : adanya bau yang
semula ada, cukup bermakna dalam membantu suatu
diagnosa.
· Alat
: Tabung reaksi
· Bahan : Urine
· Prosedur Kerja
v Siapkan alat dan bahan
v Isi tabung reksi dengan urine 3/4 penuh.
v Bauhilah dengan cara mengibas-kibaskan tangan agar uap
dari urine dapat tercium.
3.
Pemeriksaan
Keasaman urine
·
Prinsip : terjadinya perubahan warna pada kertas
indikator
yang sesuai dengan warna standar menunjukkan
pH urine tersebut.
·
Alat
: Tabung reaksi, Rak tabung, dan Kertas
indicator pH.
·
Bahan : Urine
·
Prosedur Kerja
v Siapkan alat dan bahan
v Isi tabung reaksi dengan urine ½ bagian
v Celupkan kertas
indicator kedalam tabung.
v Bandingkan kertas indicator dengan warna standar.
v Kemudian catat pH yang
dihasilkan.
4.
Pemeriksaan
Berat Jenis urine metode urinometer
·
Prinsip : Berat jenis urin diukur
dengan alat urinometer,
dimana suhu urin harus diperhatikan
koreksinya
terhadap hasil yang diperoleh.
·
Alat :
Urinometer, dan Gelas ukur
·
Bahan : Urine
·
Prosedur Kerja
v Siapkan alat dan bahaan
v Tuanglah 40ml urine kedalam gelas ukur.
v Lepaskanlah secara perlahan Urinometer kedalam gelas
ukur sehingga bebas dari dinding gelas ukur.
v Untuk melepaskannya putar Urinometer dengan menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk.
v Setelah Urinometer terapung di tengah-tengah dan tidak menempel pada dinding tabung, bacalah berat
jenis (BJ) tanpa paralaks pada miniskus bawah.
5.
Pemeriksaan barat jenis urine metode
refraktometer
·
Alat
: Refraktomete dan Pipet tetes
·
Bahan :
Urine
·
Prosedur Kerja
v Siapkan alat dan bahan
v Teteskan setetes urine ke bagian refraktometer.
v Atur
pencahayaannya, lalu lihat secara visual (secara langsung).
b.Pemeriksaan mikroskopi urine
·
Prinsip : untuk
melihat adanya elemen-elemen ( sel-sel
kristal-kristal dan sebagainya) dalam
urine maka
dilakukan pemeriksaan dibawah
mikroskop.
Hal ini dikerjakan dengan
melakukanpemusingan
pada kecepatan tertentu dan waktu
tertentu
sehingga elemen-elemen tersebut
terpisah dari
larutan supernatannya.
·
Alat : Tabung
sentrifuge, Sentrifuge, Objek glass,
Deck glass, Pipet tetes, Botol/penampung
urine
dan Mikroskop.
·
Bahan : Urine
sewaktu
·
Prosedur
Kerja
v Kocoklah
urine secara pelan-pelan
v Masukkan urin kedalam tabung sentrifuge + ¾ penuh.
v Pusing
selama 5 menit dengan kecepatan 1.500-2.000 Rpm.
v Buanglah
supernatannya dengan cara membalikkan tabung sentrifuge secara cepat dan tanpa
ada getaran.
v Kocoklah
tabung untuk mensuspensikan sedimen yang tertinggal di bawah dasar tabung.
v Dengan
menggunakan pipet tetes dan taruhlah 2 (dua) tetes sedimen terpisah ke atas sebuah objek glass
dan tutup dengan deck glass.
v Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x untuk
mencari lapang pandang,setelah itu rubah ke pembesaran 40x untuk melakukan
pemeriksaan.
v Hitunglah
dalam 10x lapang pandang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
prosesurinasi.
2.
Ada beberapa jenis pengambilan sampel
urine yaitu urine sewaktu, urine
Pagi, urine tampung
24 jam.
3.
Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan
selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama
akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber
kesalahan dalam pemeriksaan, sepert Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine
(sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai
rusak dalam waktu 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap,
sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain, bilirubin
dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari, bakteri-bakteri
akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan
bakteriologis dan pH.
4.
Ada beberapa jenis pemeriksaan sampel urine yaitu pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik, dan kimia urine.
B.
Saran
Sebagai analis kesehatan yang bekerja di
laboratorium haruslah dapat mengetahui serta memahami bagimana mengatasi sampel
urine, baik dari pengambilan, pengiriman, sampai pemeriksaan, agar mendapatkan
hasil yang akurat pada akhir pemeriksaan, sehingga benar-benar dapat mengakakan
diagnosa yang tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
0 Response to "Makalah Klinik Rutin Tentang Urine"
Post a Comment